“Air yang di
selokan itu mengalir dari rumah sakit,” katamu pada suatu hari minggu
pagi. Waktu itu kau berjalanjalan bersama istrimu yang sedang
mengandung
— ia hampir muntah karena bau sengit itu.
— ia hampir muntah karena bau sengit itu.
Dulu di
selokan itu mengalir pula air yang digunakan untuk memandikanmu waktu
kau lahir: campur darah dan amis baunya. Kabarnya tadi sore mereka sibuk
memandikan mayat di kamar mati.
Senja ini ketika dua orang anak sedang berak di tepi selokan itu, salah seorang tiba-tiba berdiri dan menuding sesuatu:
“Hore, ada nyawa lagi terapung-apung di air itu — alangkah indahnya!”
Tapi kau tak mungkin lagi menyaksikan yang berkilau-kilauan hanyut di permukaan air yang anyir baunya itu, sayang sekali.
Perahu Kertas, Kumpulan Sajak, 1982.
“Hore, ada nyawa lagi terapung-apung di air itu — alangkah indahnya!”
Tapi kau tak mungkin lagi menyaksikan yang berkilau-kilauan hanyut di permukaan air yang anyir baunya itu, sayang sekali.
Perahu Kertas, Kumpulan Sajak, 1982.
No comments:
Post a Comment