Thursday, October 11, 2012

ANGIN, 3

“Seandainya aku bukan   ……
Tapi kau angin!
Tapi kau harus tak letih-letihnya beringsut dari sudut ke sudut kamar,
menyusup celah-celah jendela, berkelebat di pundak bukit itu.
“Seandainya aku . . . ., .”
Tapi kau angin!
Nafasmu tersengal setelah sia-sia menyampaikan padaku tentang perselisihan antara cahaya matahari dan warna-warna bunga.
“Seandainya  ……
Tapi kau angin!
Jangan menjerit:
semerbakmu memekakkanku. 

 Perahu Kertas, Kumpulan Sajak, 1982.

No comments:

Post a Comment