Kautembak
tekukur itu. Ia tak sempat terkejut, beberapa lembar bulunya lepas;
mula-mula terpencar di sela-sela jari angin, satu-dua lembar
sambar-menyambar sebentar, lalu bersandar pada daun-daun rumput.
“Kena!” serumu.
Selembar
bulunya ingin sekali mencapai kali itu agar bisa terbawa sampai jauh ke
hilir, namun angin hanya meletakkannya di tebing sungai. “Tapi ke mana
terbang burung luka itu?” gerutumu.
Tetes-tetes
darahnya melayang : ada yang sempat melewati berkas- berkas sinar
matahari, membiaskan wama merah cemerlang, lalu jatuh di kuntum-kuntum
bunga rumput.
“Merdu benar
suara tekukur itu,” kata seorang gadis kecil yang kebetulan lewat di
sana; ia merasa tiba-tiba berada dalam sebuah taman bunga.
Perahu Kertas, Kumpulan Sajak, 1982
Perahu Kertas, Kumpulan Sajak, 1982
No comments:
Post a Comment