Friday, December 14, 2012

inti makalah pembelajaran drama dengan model sinektik



  1. MODEL PEMBELAJARAN SINTEKTIK

A.    Pengertian Model Sinektik
      Sinektik berasal dari bahasa Yunani yang berarti penggabungan unsur-unsur atau gagasan-gagasan yang berbeda. Menurut Gordon (1980:168) model Sinektik dapat dipahami sebagai strategi mempertemukan berbagai macam unsur, dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh satu pandangan baru. Dalam Dahlan (1990) Sinektik merupakan suatu pendekatan baru yang menarik guna mengembangkan kreativitas, dirancang oleh William J.J Gordon dan kawan-kawannya. Pada awalanya Gordon menerapkan prosedur Sinektik untuk keperluan mengembangkan aktivitas kelompok dalam organisasi industry. Dimana individu dilatih untuk mampu bekerja sama satu dengan yang lainnya dan nantinya berfungsi sebagai orang yang mampu mengatasi masalah (Problem-Slovers) atau sebagai orang yang mampu mengembangkan produksi (products-develovers).
Di Inonesia sendiri metode ini mulai diprogamkan pemerintah mulai tahun 1974. Regu yang dipimpin oleh Dr. A.S.Broto pada waktu itu telah menghasilkan Metode SAS (Struktural Analitik Sinektik). Menurut A.S Broto khususnya disediakan untuk belajar membaca dan menulis permulaan di tingkat SD. Lebih luas lagi pengajaran ini mulai dipergunakan dalam berbagai bidang pengajaran.
B.     Tahapan Model Sinektik
Dalam pembelajaran dengan model Sinektik, terdapat dua strategi yang mendasari prosedur Sinektik, yaitu :
a.       Strategi Pertama : menciptakan situasi yang baru
Strategi ini dirancang untuk mengenal keanehan yang memuat para siswa memahami masalah, ide, atau produk dalam sesuatu yang baru yang akhirnya memperjelas kreatifitas. Strategi ini membantu para siswa melihat sesuatu yang dikenalnya melalui sesuatu yang tidak dikenal dengan menggunakan analogi untuk menciptakan konsep jarak. Tahapan dari strategi ini antara lain :
1.      Mendeskribsikan kondisi saat ini.
Guru menyuruh siswa untuk mendeskribsikan situasi atau topik yang mereka lihat saat ini.
2.      Analogi langsung.
Para siswa mengemukakan analogi langsung, salah satu diseleksi dan selanjutnya dikembangkan.
3.      Analogi personal.
Para siswa menjadi analogi yang diseleksinya pada fase kedua.
4.      Konflik ditekan.
Berdasarkan fase kedua dan ketiga siswa mengemukakan beberapa konflik dan dipilih salah satu.
5.      Analogi langsung.
Para siswa mengembangkan dan menyeleksi analogi langsung lainnya berdasarkan konflik tadi.
6.      Meninjau tugas sebenarnya.
Guru menyuruh para siswa meninjau kembali tugas atau masalah yang sebenarnya dan menggunakan analogi yang terakhir atau masuk pada pengalaman sinektik.

b.      Strategi kedua : memperkenalkan keanehan
Strategi ini dirancang untuk membuat sesuatu ide yang baru, ide-ide yang tidak dikenal akan lebih berarti. Strategi ini memberikan pemahaman kepada siswa untuk menambah dan memperdalam hal-hal yang baru atau materi yang sulit. Tahapan dari strategi ini, yaitu :
  1. Input tentang keadaan yang sebenarnya.
Guru menyajikan suatu informasi yang baru.
  1. Analogi langsung.
Guru mengusulkan analogi langsung dan menyuruh siswa menggambarkannya.
  1. Analogi personal.
Guru menyuruh siswa menjadi analogi langsung.
  1. Membedakan analogi.
Para siswa menjelaskan dan menerangkan kesamaan antara materi yang baru dengan analogi langsung.
  1. Menjelaskan perbedaan.
Para siswa menjelaskan mana analogi-analogi yang tidak sesuai.
  1. Penjelajahan
Para siswa menjelajahi kembali kebenaran topik dengan batasan - batasan mereka.
  1. Membangkitkan analogi
Para siswa memberikan analogi langsung dan menjelajahi persamaan dan perbedaannya.





  1. PEMBELAJARAN DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SINEKTIK (dari skripsi pembelajaran drama dengan menggunakan model sinektik oleh Ikarisma Kusmalin )

Dalam skripsi ini, metode yang digunakan dalam penelitian adalah eksperimen. Penelitian digunakan untuk menyelediki pengaruh suatu perlakuan (Treatment) yang sengaja ditimbulkan terhadap suatu kelompok subjek penelitian. Dalam skripsi ini, standar kompetensi yang digunakan adalah mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bermain drama. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah bermain peran dengan cara improvisasi sesuai dengan kerangka naskah yang ditulis siswa. Dan indikatornya adalah 1. Siswa mampu mengetahui konsep dalam bermain drama. 2. Mampu mengaplikasikan teknik dalam bermain drama. Serta 3. Mampu bermain peran sesuai dengan naskah drama. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 2 Margaasih Kabupaten Bandung. Berikut skenario pembelajaran dalam skripsi ini.

Rincian Kegiatan
Alokasi Waktu
Metode/Strategi
Kegiatan Awal
  • Guru mengucapkan salam.
  • Guru mempresensi kehadiran siswa.
  • Guru memotivasi siswa agar siap dan bersemangat dalam menerima materi yang akan disampaikan.
  • Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari



5 Menit

Kegiatan Inti
Pertemuan pertama
  • Siswa membangun pengetahuan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan materi pmbelajaran yaitu mengenai latihan dasar bersama.
  • Siswa dibentuk menjadi tujuh kelompok
  • Siswa menganalisis drama yang telah ditentukan oleh guru.
  • Siswa diminta untuk bermain drama secara berkelompok sesuai dengan naskah yang sudah disepakati sebelumnya.
Pertemuan kedua
  • Siswa dan guru berdiskusi mengenai pertemuan sebelumnya.
  • Guru memberi instruksi kepada siswa mengenai model pembelajaran sinektik beserta kaitannya terhadap bermain drama.
  • Siswa menganalogikan dirinya sebagai artis (analogi personal).
  • Siswa menganalogikan langsung pada masalah yang diungkapkan dalam bermain drama (analogi langsung).
  • Para siswa didorong untuk mempertentangkan dua sudut pandang. Yaitu sudut pandang para siswa sendiri dan sudut pandang artis (konflik padat).
  • Siswa memfokuskan kembali diskusi pada karya sebab tidak tertutup kemungkinan diskusi akan melebar bahkan “melantur” kemana-mana.
  • Siswa mengembangkan konsep yang sudah dimiliki dengan konsep lain atau mencoba memperdalam konsep yang sudah ada.
  • Siswa mengembangkan analogi langsung lainnya berdasarkan masalah yang terdapat dalam drama.
  • Siswa mempertimbangkan kembali tugas-tugas yang berkenaan dengan analogi.
  • Siswa bermain drama.






60 Menit












60 Menit






Tanya Jawab dan Penugasan












Penugasan
Kegiatan Akhir
·         melakukan refleksi.
·         Siswa mengisi lembar angket mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan.
·         Siswa diberi kesempatan bertanya.
·         Sebelum menutup pembelajaran, guru memberikan motivasi kepada siswa.
·         Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.




15 Menit


      Berdasarkan hasil penelitian dengan metode sinektik, dan setelah dianalisis dari pembahasan penelitian pembelajaran bermain drama, penulis skripsi memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
  1. Kemampuan siswa kelas kontrol dalam bermain drama mengalami peningkatan. Rata-rata nilai siswa pada kelas kontrol saat prates dengan menggunakan model sinektik sebesar 40,1 dan pada saat pascates dengan menggunakan model sinektik mendapatkan nilai rata-rata siswa menjadi 69,3.
  2. Kemampuan siswa kelas eksperimen dalam bermain drama sesudah menggunakan model sinektik lebih baik dibandingkan sebelum menggunakan model sinektik. Dengan kata lain, setelah menggunakan model sinektik kemampuan siswa kelas eksperimen dalam bermain drama mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari rata-rata nilai yang diperoleh saat pascates yang pada proses pembellajaran bermain drama menggunakan model sinektik yaitu sebesar 77,5. Lebih bear dibandingkan dengan rata-rata yang diperoleh saat prates yang pada proses pembelajarannya belum menggunakan model sinektik, yaitu sebesar 47.
  3. Ada perbedaan antara kemampuan siswa kelas eksperimen dalam bermain drama menggunakan model sinektik dengan kemampuan siswa kelas kontrol tanpa menggunakan model sinektik. Hal ini terbukti dari berbagai tahap dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan jumlah standar deviasi dari kelas eksperimen sebesar 7,2 dan standar deviasi kelas kontrol sebesar 5,2. Kemudian kedua standar deviasi tersebut dimasukkan kedalam uji hipotesis. Dari hasil uji hipotesis didapatkan thitung = 4,96 dan ttabel =2,38. Maka thitung >ttabel . hal ini menunjukkan bahwa H1 peneltian diterima. Artinya, kemampuan bermain drama dengan menggunakan model sinektik lebih baik daripada pembelajaran bermain drama tanpa menggunakan model sinektik. Dengan demikian, model sinektik terbukti efektif digunakan dalam pembelajaran drama.

No comments:

Post a Comment