- MODEL PEMBELAJARAN SINTEKTIK
A. Pengertian
Model Sinektik
Sinektik berasal dari bahasa Yunani yang
berarti penggabungan unsur-unsur atau gagasan-gagasan yang berbeda. Menurut
Gordon (1980:168) model Sinektik dapat dipahami sebagai strategi mempertemukan
berbagai macam unsur, dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh satu pandangan
baru. Dalam Dahlan (1990) Sinektik merupakan suatu pendekatan baru yang menarik
guna mengembangkan kreativitas, dirancang oleh William J.J Gordon dan
kawan-kawannya. Pada awalanya Gordon menerapkan prosedur Sinektik untuk
keperluan mengembangkan aktivitas kelompok dalam organisasi industry. Dimana
individu dilatih untuk mampu bekerja sama satu dengan yang lainnya dan nantinya
berfungsi sebagai orang yang mampu mengatasi masalah (Problem-Slovers) atau sebagai orang yang mampu mengembangkan
produksi (products-develovers).
Di
Inonesia sendiri metode ini mulai diprogamkan pemerintah mulai tahun 1974. Regu
yang dipimpin oleh Dr. A.S.Broto pada waktu itu telah menghasilkan Metode SAS (Struktural
Analitik Sinektik). Menurut A.S Broto khususnya disediakan untuk belajar
membaca dan menulis permulaan di tingkat SD. Lebih luas lagi pengajaran ini
mulai dipergunakan dalam berbagai bidang pengajaran.
B.
Tahapan Model Sinektik
Dalam
pembelajaran dengan model Sinektik, terdapat dua strategi yang mendasari
prosedur Sinektik, yaitu :
a.
Strategi Pertama : menciptakan situasi
yang baru
Strategi
ini dirancang untuk mengenal keanehan yang memuat para siswa memahami masalah,
ide, atau produk dalam sesuatu yang baru yang akhirnya memperjelas kreatifitas.
Strategi ini membantu para siswa melihat sesuatu yang dikenalnya melalui
sesuatu yang tidak dikenal dengan menggunakan analogi untuk menciptakan konsep
jarak. Tahapan dari strategi ini antara lain :
1.
Mendeskribsikan kondisi saat ini.
Guru
menyuruh siswa untuk mendeskribsikan situasi atau topik yang mereka lihat saat
ini.
2.
Analogi langsung.
Para
siswa mengemukakan analogi langsung, salah satu diseleksi dan selanjutnya
dikembangkan.
3.
Analogi personal.
Para
siswa menjadi analogi yang diseleksinya pada fase kedua.
4.
Konflik ditekan.
Berdasarkan
fase kedua dan ketiga siswa mengemukakan beberapa konflik dan dipilih salah
satu.
5.
Analogi langsung.
Para
siswa mengembangkan dan menyeleksi analogi langsung lainnya berdasarkan konflik
tadi.
6.
Meninjau tugas sebenarnya.
Guru
menyuruh para siswa meninjau kembali tugas atau masalah yang sebenarnya dan
menggunakan analogi yang terakhir atau masuk pada pengalaman sinektik.
b. Strategi kedua
: memperkenalkan keanehan
Strategi ini dirancang untuk membuat
sesuatu ide yang baru, ide-ide yang tidak dikenal akan lebih berarti. Strategi
ini memberikan pemahaman kepada siswa untuk menambah dan memperdalam hal-hal
yang baru atau materi yang sulit. Tahapan dari strategi ini, yaitu :
- Input tentang keadaan yang sebenarnya.
Guru menyajikan
suatu informasi yang baru.
- Analogi langsung.
Guru
mengusulkan analogi langsung dan menyuruh siswa menggambarkannya.
- Analogi personal.
Guru menyuruh
siswa menjadi analogi langsung.
- Membedakan analogi.
Para siswa
menjelaskan dan menerangkan kesamaan antara materi yang baru dengan analogi
langsung.
- Menjelaskan perbedaan.
Para siswa
menjelaskan mana analogi-analogi yang tidak sesuai.
- Penjelajahan
Para siswa
menjelajahi kembali kebenaran topik dengan batasan - batasan mereka.
- Membangkitkan analogi
Para siswa
memberikan analogi langsung dan menjelajahi persamaan dan perbedaannya.
- PEMBELAJARAN DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SINEKTIK (dari skripsi pembelajaran drama dengan menggunakan model sinektik oleh Ikarisma Kusmalin )
Dalam skripsi
ini, metode yang digunakan dalam penelitian adalah eksperimen. Penelitian
digunakan untuk menyelediki pengaruh suatu perlakuan (Treatment) yang sengaja ditimbulkan terhadap suatu kelompok subjek
penelitian. Dalam skripsi ini, standar kompetensi yang digunakan adalah
mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bermain drama. Sedangkan kompetensi
dasarnya adalah bermain peran dengan cara improvisasi sesuai dengan kerangka
naskah yang ditulis siswa. Dan indikatornya adalah 1. Siswa mampu mengetahui
konsep dalam bermain drama. 2. Mampu mengaplikasikan teknik dalam bermain
drama. Serta 3. Mampu bermain peran sesuai dengan naskah drama. Penelitian dilakukan
terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 2 Margaasih Kabupaten Bandung. Berikut skenario
pembelajaran dalam skripsi ini.
Rincian Kegiatan
|
Alokasi Waktu
|
Metode/Strategi
|
Kegiatan Awal
|
5 Menit
|
|
Kegiatan Inti
Pertemuan
pertama
Pertemuan
kedua
|
60 Menit
60 Menit
|
Tanya Jawab
dan Penugasan
Penugasan
|
Kegiatan Akhir
·
melakukan refleksi.
·
Siswa mengisi lembar angket mengenai pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
·
Siswa diberi kesempatan bertanya.
·
Sebelum menutup pembelajaran, guru memberikan motivasi
kepada siswa.
·
Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
|
15 Menit
|
Berdasarkan hasil penelitian
dengan metode sinektik, dan setelah dianalisis dari pembahasan penelitian pembelajaran
bermain drama, penulis skripsi memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
- Kemampuan siswa kelas kontrol dalam bermain drama mengalami peningkatan. Rata-rata nilai siswa pada kelas kontrol saat prates dengan menggunakan model sinektik sebesar 40,1 dan pada saat pascates dengan menggunakan model sinektik mendapatkan nilai rata-rata siswa menjadi 69,3.
- Kemampuan siswa kelas eksperimen dalam bermain drama sesudah menggunakan model sinektik lebih baik dibandingkan sebelum menggunakan model sinektik. Dengan kata lain, setelah menggunakan model sinektik kemampuan siswa kelas eksperimen dalam bermain drama mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari rata-rata nilai yang diperoleh saat pascates yang pada proses pembellajaran bermain drama menggunakan model sinektik yaitu sebesar 77,5. Lebih bear dibandingkan dengan rata-rata yang diperoleh saat prates yang pada proses pembelajarannya belum menggunakan model sinektik, yaitu sebesar 47.
- Ada perbedaan antara kemampuan siswa kelas eksperimen dalam bermain drama menggunakan model sinektik dengan kemampuan siswa kelas kontrol tanpa menggunakan model sinektik. Hal ini terbukti dari berbagai tahap dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan jumlah standar deviasi dari kelas eksperimen sebesar 7,2 dan standar deviasi kelas kontrol sebesar 5,2. Kemudian kedua standar deviasi tersebut dimasukkan kedalam uji hipotesis. Dari hasil uji hipotesis didapatkan thitung = 4,96 dan ttabel =2,38. Maka thitung >ttabel . hal ini menunjukkan bahwa H1 peneltian diterima. Artinya, kemampuan bermain drama dengan menggunakan model sinektik lebih baik daripada pembelajaran bermain drama tanpa menggunakan model sinektik. Dengan demikian, model sinektik terbukti efektif digunakan dalam pembelajaran drama.
No comments:
Post a Comment