I.
SINOPSIS
Diceritakan dua pasang manusia yang menjalin hubungan yang sangat
special. Ella dan Diaz, dua manusia berlainan jenis yang sama-sama kesepian
yang butuh teman dan mencoba saling melengkapi selama dua setengah tahun.
Kontak fisik yang terjadi diantara mereka ternyata mampu mengesampingkan aturan
keharusan adanya sebuah status dalam sebuah hubungan seperti yang mereka
lakukan. Namun Ella menyukainya meski megetahui hubungan seperti itu tidak akan
bertahan lama. Dan memang hubungan itu pun akhirnya harus berakhir. Berakhir
ketika bunga-bunga cemburu tumbuh dari benih-benih cinta yang dipupuk hubungan
badan diantara Ella dan Diaz. Diaz harus kembali ke Jakarta karena sebuah
urusan yang tak bias dijelaskan. Ella yang mencoba mengungkapkan perasaannya
menjelang keprgian Diaz, akhirnya mengurungkan niatnya setelah perkenalannya
dengan Jingga. Seseorang dari masa lalu Diaz.
II.
ANALISIS
STRUKTURAN TODOROV
- Aspek Sintaksis
1. Analisis Alur
F1
: Ella jatuh cinta pada Diaz.
F2
: Ella menghabiskan dua setengah tahun bersama Diaz.
F3
: Ella dan Diaz sering berhubungan badan.
F4
: Ella baru saja selesai bercinta dengan Diaz.
F5
: Diaz merokok di studio kecil Ella.
F6
: Ella memandangi Diaz dan kemudian mendekatinya.
F7
: Diaz duduk sambil mendengarkan lagu something
missing milik john mayer.
F8
: Ella merasa cemburu.
F9
: saat itu Ella menyadari dia jatuh cinta pada Diaz.
F10
: Diaz selalu membawa kompas di sakunya.
F11
: Ella mengomentari perilaku Diaz yang selalu membawa kompas.
F12
: setelah hampir dua setengah tahun Diaz memutuskan kembali ke Jakarta.
F13
: Ella membantu Diaz mengepak barang.
F14
: Ella bertanya kenapa Diaz pulang.
F15
: Diaz menjawab pertanyaan Ella.
F16
: Ella memungut gagang kacamata yang patah.
F17
: Ella merasakan sakit ketika mendengar jawaban Diaz.
F18
: Ella mengingat waktu ketika Diaz mengambil salah satu kertas parfum dari tas
belanjaanya.
F19
: Ella bertanya tentang kejadian Diaz mengambil kertas parfum dari tas
belanjaannya.
F20
: Diaz menjawab karena teringat pada seseorang.
F21
: Diaz berhenti membereskan barang dan mengambil bir lalu beranjak kelua.
F22
: Ella mengikuti Diaz.
F23
: Diaz menceritakan Jingga pada Ella.
F24
: Ella merasa sakit hati.
F25
: Ella dan Diaz berciuman dan berpelukan.
F26
: Ella dan Diaz bercinta untuk terakhir kalinya.
F27
: pagi hari Diaz ke kamar mandi.
F28
: Ella duduk di beranda.
F29
: siang hari Diaz pergi.
Bagan Alur
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||||||||||||||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() |
Dalam cerpen Yang tertinggal ini,
pengarang ingin menampilkan sebuah cerita tentang cinta yang tak sampai. Meski
ide pokok ceritanya sederhana, namun cerita ini dikemas dalam bentuk
penceritaan yang lebih bebas, dewasa dan nyata. Bagaimana si pengarang
menggambarkan Ella sebagai seorang wanita yang suka merokok dan minum-minum
serta bagaimana di ceritakan bahwa Ella dan Diaz telah melakukan hubungan suami
istri meski tanpa sebuah ikatan.
Ella dan Diaz, adalah dua orang remaja
yang tinggal di kota London. Mereka berdua menjalin hubungan selama dua
setengah tahun tanpa terikat sebuah status sebagai sepasang kekasih atau suami
istri. Meski begitu Ella dan Diaz tidak terlalu mempermasalahkannya. Malah Ella
menyukai hubungan itu, bersama tanpa harus terlibat dengan emosi atau ego
individu yang berbeda yang biasa hadir dalam sebuah hubungan. Seperti cemburu,
tidak ada pengertian, dan ketidak percayaan. Dalam cerpen ini juga diceritakan
bagaimana keduanya sudah terbiasa berhubungan badan yang selanjutnya dari
hubungan yang sangat dekat ini menimbulkan benih cinta di hati Ella. Meski
cerita ini cukup vulgar, namun bagi penulis cerita ini seperti menggambarkan
realita yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana hubungan suami
istri, meroko, minum bir, bukan lagi menjadi hal yang tabu.
Selanjutnya diceritakan awal Ella muali
merasa jatuh cinta kepada Diaz. Ella di tengah malam menemukan Diaz tengah
meroko di studio kecil milik Ella setelah mereka bercinta. Pemandangan itu
memang tidak asing lagi bagi Ella. Namun malam itu untuk pertama kalinya Ella
merasa diabaikan oleh Diaz. Ella kemudian mencoba mendekati Diaz. Ketika Ella
akan menepuk bahu Diaz, Ia mendengar lagu Something’s Missingnya John Mayer
dari headphone Diaz yang menemani Diaz di dunia yang tidak dimengerti Ella.
Kemudian Ella merasa cemburu pada sebuah lagu yang ia dengarkan. Dan sat itulah
Ella menyadari dirinya telah jatuh cinta pada Diaz. Ketika itu ia ingin menjadi
something missing bagi Diaz. Namun sebulan kemudian dia mengetahui bahwa
sesuatu yang hilang dari Diaz adalah Jingga. Seseorang dari masa lalunya yang
memeberikan Diaz kompas yang selalu dibawanya kemanapun.
Dia akhir cerita, diceritakan Diaz
harus kembali ke Jakarta karena sesuatu hal. Ketika Ella membantu Diaz untuk
membereskan barang-barangnya, barulah ia sadar betapa selama dua setengah tahun
mereka bersamam terlalu banyak waktu terbuang baginya untuk mengenal lebih
dalam seorang Diaz. Dan akhirnya Diaz pergi tanpa Ella sempat mengucapkan
perasaanya pada Diaz.
2. Analisis Pengaluran
S1 : Ella berhubungan dua setengah tahun
dengan Diaz. (Sekuen Linear)
S2 : Ella mulai merasakan gejolak lain dalam
hatinya. . (Sekuen Linear)
F3 : Ella menemukan Diaz merokok dalam gelap
di studio kecil Ella. (Sekuen Linear)
S4 : Diaz duduk menekuk lutut sambil memandangi
tetes hujan dengan selimut yang digunakannya bercinta dengan Ella. (Sekuen
Linear)
S5 : Ella memandangi punggung Diaz dari
kejauhan. (Sekuen Linear)
S6 : Ella merasakan perasaan cemburu, sakit
hati atau perasaan diabaikan oleh Diaz. (Sekuen Linear)
S7 : Ella mengendap-endap menghampiri Diaz
dari belakang. (Sekuen Linear)
S8 : Ella urung menepuk bahu Diaz. (Sekuen
Linear)
S9 : Diaz tenggelam dalam dunianya dan tidak
menyadari kedatangan Ella. (Sekuen Linear)
S10
: Samar-samar Ella mendengar alunan lagu something
missing karya john mayer dari headphone Diaz. (Sekuen Linear)
S11 : Ella merasa panas menyengat dari kedua bola
matanya. Ia membenci keadaan itu. (Sekuen Linear)
S12 : Ella merasa ditinggalkan. Cemburu terhadap
lagu yang didengarkan Diaz. (Sekuen Linear)
S13 : Ella menyadari dirinya jatuh cinta pada
Diaz. (Sekuen Linear)
S14 : Ella menginginkan menjadi sesuatu yang
hilang dari Diaz. (Sekuen Linear)
S16 : Sebulan setelah itu Ella bertemu jingga.
(Sekuen Linear)
S17 : Diaz selalu mengantongi kompas kecil di
sakunya. (Sekuen Linear)
S18 : Dulu sekali, Ella dan Diaz makan siang
berdua. (Sekuen Ingatan)
S19 : Ella mengomentari kompas yang dibawa Diaz.
(Sekuen Ingatan)
S20 : Diaz tertawa, sambil membersihkan kompasnya.
(Sekuen Ingatan)
S21 : Satu hari, setelah dua setengah tahun. Diaz
memutuskan kembali ke Jakarta. (Sekuen Linear)
S22 : Ella bertanya kepada Diaz kenapa dia
kembali ke Jakarta. (Sekuen Linear)
S23 : Ella membantu Diaz mengepak
barang-barangnya. (Sekuen Linear)
S24 : Diaz mengosongkan laci dan memisahkannya di
dua buah kardus. (Sekuen Linear)
S25 : Ella mengambil pecahan gagang kacamata yang
hamper terinjak. (Sekuen Linear)
S26 : Diaz menjawab pertanyaan Ella. (Sekuen
Linear)
S27 : Diaz menjejalkan barang-barang dari kardus
ke kopernya. (Sekuen Linear)
S28 : Ella terdiam. Ada sakit yang merambat
hatinya. (Sekuen Linear)
S29 : Ella ingat ketika ia dan Diaz berjalan di
pusat perbelanjaan. (Sekuen Ingatan)
S30 : Ella menitipkan tas belanjaannya kepada
Diaz. (Sekuen Ingatan)
S31 : Ella pergi ke kamar kecil. (Sekuen Ingatan)
S32
: Ketika Ella keluar, Ia melihat Diaz duduk di bangku taman sambil mendengarkan
headphone. (Sekuen Ingatan)
S33 : Ella memandang Diaz dari kejauhan. (Sekuen
Ingatan)
S34 : Diaz mengambil satu kartu parfum dari tas
belanjaan Ella. (Sekuen Ingatan)
S35
: Malam itu setelah dua setengah tahun Ella menanyakan tentang Diaz yang
mengambil salah satu kartu parfumnya. (Sekuen Linear)
S36 : Diaz menoleh kearah Ella. (Sekuen Linear) (Sekuen
Linear)
S37 : Ella terdiam. (Sekuen Linear)
S38 : Diaz berhenti mengemasi barang kemudian
mengambil beberapa kaleng bir dan memberi isyarat agar Ella mengikutinya.
(Sekuen Linear)
S39 : Ella mengambil selimut dan menutupi
tubuhnya dengan selimut itu. (Sekuen Linear)
S40 : Ella mengikuti Diaz, kemudian merokok dan
minum beberapa kaleng bir. (Sekuen Linear)
S41 : Diaz menjawab pertanyaan Ella. (Sekuen
Linear)
S42 : Diaz mengenalkan Jingga kepada Ella.
(Sekuen Linear)
S42
: Ella menghisap rokoknya dalam-dalam, kemudian memeluk lututnya dan menyandar
di dinding. (Sekuen Linear)
S43
: Ella mengingat-ingat waktu bercinta dengan Diaz dan berbagai hal yang ada di
dalam kamar tempat mereka bercinta.
(Sekuen Ingatan)
S44 : Ella memandangi kamar itu yang kini jauh
berbeda dari yang dikhayalkannya. (Sekuen Linear)
S45 : Ella merasa depresi mengingat Diaz akan
pergi. (Sekuen Linear)
S46 : Ella bertanya apakah Diaz mencintai Jingga.
(Sekuen Linear)
S47 : lalu Diaz menjawab sembari tertawa. (Sekuen
Linear)
S49 : Ella bertanya apakah Diaz pulang ke Jakarta
karena Jingga. (Sekuen Linear)
S50 : Diaz terkejut, lalu menjawab bukan karena
Jingga tapi karena masalah keluarga. (Sekuen Linear)
S51 : Ella terkejut sambil memandang Diaz yang
masih sibuk berbenah. (Sekuen Linear)
S52 : Ella merasa betapa sedikit yang ia ketahui
tentang Diaz. (Sekuen Linear)
S53
: Ella mengingat betapa selama dua setengah tahun, ada begitu banyak cerita
yang mereka simpan untuk mereka sendiri. (Sekuen Ingatan)
S54 : Ella kembali mengingat bayangan kompas yang
selalu dibawa Diaz. (Sekuen Ingatan)
S55 : Ella bertanya apakah Jingga yang memberi
Diaz kompas itu. (Sekuen Linear)
S56 : Diaz menjawab sambil mengedipkan matanya.
(Sekuen Linear)
S57 : Ella merasakan Diaz jatuh cinta pada
Jingga. (Sekuen Linear)
S58 : Diaz mendekatkan wajahnya kepada Ella dan
memagut bibirnya dan mendekapnya. (Sekuen Linear)
S59 : malam itu mereka bercinta untuk terakhir
kalinya. (Sekuen Linear)
S60 : pagi hari Diaz berada di kamar mandi.
(Sekuen Linear)
S61 : Ella duduk di beranda. (Sekuen Linear)
S62 : Ella merasa Diaz tak pernah mencintainya.
(Sekuen Linear)
S63 : Ella merasa ada sengatan perih dimatanya.
(Sekuen Linear)
S64 : siang itu Diaz pergi. (Sekuen Linear)
Bagan Pengaluran
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |

S1 S18 S30 S43 S53 S64
Sekuen Linear : selain sekuen
(18,19,20,30,31,31,33,34,43,44,53, dan 54)
Sekuen Ingatan : sekuen
18,19,20,30,31,31,33,34,43,44,53, dan 54
- ASPEK SEMANTIK
- Tokoh / Penokohan
- Tokoh Diaz
1. Penokohan
-
Secara Fisiologis : laki-laki muda
Dilihat
dari penceritaan di cerpen ini, tidak diceritakan Diaz seorang yang sudah
beristri atau terikat hubungan. Disini juga dijelaskan bahwa Diaz hubungannya
masih erat dengan keluarga dilihat dari keinginannya pulang dari London karena
masalah keluarga. Sehingga diambil kesimpulan bahwa Diaz madalah lelaki muda.
-
Secara Psikologis : orang yang acuh,
baik, terkadang emosionalnya meledak-ledak, tertutup tertapi terkadang begitu
ekspresif, dan tenang.
Kutipannya
“yang terkadang begitu tertutup dan kali lain begitu ekspresif. Yang selalu
tampak asyik sendiri dengan headphone
besar di kepalanya. Yang terkadang begitu emosional dn meledak-ledak, namun
kali ini begitu jauh tenggelam dan tak terjangkau. ”
-
Secara Sosiologis : orang Indonesia yang
tinggal di London, teman kencan Ella.
Kutipannya
“dan suatu hari, setelah hamper dua setengah tahun mereka bersama, tiba-tiba
saja Diaz memutuskan untuk pulang ke Jakarta”. Dicerpen ini diceritakan Diaz
berhubungan dengan Ella tanpa status.
2. Jenis Tokoh
Tokoh
tambahan, pipih / sederhana, tetap / tipikal, real, individual.
3. Metode Penokohan
-
Dramatic
“Parfum itu mengingatkanku pada
seseorang”
Sesuatu dalam diri Ella meronta.
“Siapa?”
“Namanya Jingga. Kamu tidak kenal
dia. Dan mungkin aku pun tak pernah sungguh-sungguh mengenalnya ”
Dalam kutipan diatas, diceritakan bahwa
Diaz yang begitu abu-abu, terkadang begitu ekspresif, terkadang emosional
ternyata juga orang yang penuh dengan cinta. Dibuktikan dengan sikapnya yang
masih ingat dengan parfum dari Jingga. Sesuatu hal yang tidak mungkin bias
dilakukan oleh orang yang tidak mempunyai cinta.
-
Konstektual
“Dia yang memberikan kompas kecil
itu untukmu ?”
“Ya” Diaz tersenyum lebar, lalu
mengedipkan sebelah matanya kepada Ella.
Dari kutipan diatas digambarkan bahwa
Diaz tidaklah sekaku atau seacuh anggapan Ella. Dia pun seorang pria yang bias
merasakan cinta.
- Tokoh Ella
1. Penokohan
-
Secara Fisiologis : wanita muda
Dilihat
dari penceritaan di cerpen ini bahwa Ella tidak terikat hubungan pernikahan.
Juga karena Diaz merupakan lelaki muda, maka disimpulkan bahwa Ella pu wanita
muda.
-
Secara psikologis : feminim, sedikit
nakal, dan baik.
Dilihat
dari penceritaannya Ella yang suka berbelanja. Lalu ada kutipan yang
menjelaskan bahwa Ella wanita yang sedikit nakal “…duduk-duduk disana seraya
merokok dan menyesap kaleng demi kaleng bir”.
-
Secara Sosiologis : teman kencan Diaz.
Di
cerpen ini diceritakan bahwa Ella berhubungan dengan Diaz tanpa status sehingga
disimpukan bahwa Ella hanyalah teman kencan Diaz.
2. Jenis Tokoh
Tokoh
utama, bulat / kompleks, berkembang, real, individual.
3. Metode Penokohan
-
Dramatic
“kamu mencintainya?” Tanya Ella.
“Entahlah. Mungkin juga… aku hanya
sudah terlalu terbiasa dengan keberadaanya di sekitarku” Diaz tertawa.
“kamu pulang untuknya?” Tanya Ella.
Diaz tampak terkejut. Ia
menggeleng. “Bukan. Aku kan sudah bilang, shit happens. Ada banyak hal di dunia
ini yang terjadi di luar kemauan kita. Let’s just say, family problems”
“oh” Ella terkejut.
Dari kutipan diatas, sederet pertanyaan
yang diajukan Ella dan responsya dari jawaban Diaz dapat dipastikan Ella adalah
seorang yang pencemburu.
-
Konstektual
Tetapi malam itu, untuk pertama
kalinya, Ella merasakan sesuatu yang… lain. Mungkin cemburu…
Disini digambarkan jelas oleh pengarang
bahwa Ella adalah seorang pecemburu.
- Latar
-
Studio kecil Ella
Kutipannya “sudah lewat tengah malam ketika
Ella menemukan Diaz merokok dalam gelap di studio kecil Ella.”
-
Flat Diaz
Kutipannya
“…ketika malam itu ia mampir di flat Diaz untuk membantu lelaki itu mengepak
barang-barang”
-
Pusat Perbelanjaan
Kutipannya
“Ella ingat, entah kapan itu, ketika ia dan Diaz berjalan di pusat
perbelanjaan”
- Aspek Pragmatik / Gaya Penceritaan
1.
Modus
Berdasarkan
tipe penceritanya modus terbagi tiga, yaitu :
a.
Wicara yang dilaporkan
“Mengapa?”
“Apa?”
“Shit happens”
“Ada masalah?”
“Namanya hidup selalu ada masalah,
kan?”
“Dulu”
“Sewaktu kita pergi ke pusat
perbelanjaan, kamu pernah mengambil selembar kartu parfum dari dalam tas
belanjaanku. Kamu pikir aku tidak melihat. Sejak itu aku bertanya-tanya… ”
“Parfum itu mengingatkan aku pada
seseorang”
“Siapa?”
“Namanya Jingga. Kamu tidak kenal
dia. Dan mungkin aku pun tak pernah sungguh-sungguh mengenalnya,”
“Lucu, bagaimana kamu bias merasa
terikat kepda seseorang yang selalu ada untukmu-bahkan saat orang-orang
terdekatmu tidak menginginkanmu. She’s always around”
“Kamu mencintainya?”
“Entahlah. Mungkin juga… aku hanya
sudah terlalu terbiasa dengan keberadaanya di sekitarku.”
“Kamu pulang untuknya?”
“Bukan. Aku kan sudah bilang, shit
happens. Ada banyak hal di dunia ini yang terjadi d luar kemauan kita. Let’s
just say, family problems”
“oh”
“Dia yang memberikan kompas kecil
itu untukmu?”
“Ya”
“Untuk menemukan jalan pulang”
Dalam cerpen ini sedikit sekali wicara
yang dilaporkan bila dibandingkan dengan wicara yang dialihkan dan dinarasikan.
Karena penulis disini sebagai pihak ketiga yang serba tahu.
b.
Wicara yang dialihkan
“Seandainya bisa memilih, Ella
tidak akan memilih untuk jatuh cinta kepada Diaz. Terlalu rumit baginya.”
“Tetapi Ella suka. Hubungannya
dengan Diaz begitu sederhana. Ketiadaan emosi membuat keduanya tak pernah
diharuskan berbenturan dengan ego dua manusia.”
“Ella tahu, hubungan semacam ini
tak mungkin bertahan selamanya. Suatu hari nanti, ketika salah seorang diantara
mereka menemukan cinta, mereka akan berpisah juga. Tetapi Ella sudah cukup
bahagia dengan apa yang mereka punya, meski hanya bersifat sementara”
“baru beberapa waktu belakangan
inilah Ella mulai merasakan sesuatu yang lain bergejolak dalam hatinya. Ya,
hati. Bukan lagi benak. Sesuatu yang menggangunya dan membuatnya waspada,
karena seharusnya hatinya tidak ikut berbicara. Karena ini bukan cinta. Atau
setidaknya, begitula yang Ella kira. Hingga beberapa minggu lalu”
“Ella menerima ebagaimana adanya.
Menurutnya, hal semacam ini wajar dan tak perlu dibesar-besarkan. Karena
bukankah setiap orang memiliki mekanisme tersendiri untuk melarkan diri dari dunia?”
“Tetapi malam itu, untuk pertama
kalinya, Ella merasakan sesuatu yang… lain. Mungkin cemburu, sakit hati, atau
perasaan diabaikan-ia sendiri tak bias menjelaskan.”
“Yang membuat Ella merasa begitu
sendirian. Ditinggalkan. Terlebih lagi, Ella merasa terluka. Sekaligus bodoh.
Bisa-bisanya ia cemburu pada sebait lagu yang berkisah tentang seorang lelalki
yang sudah memiliki segalanya, tetapi tetap saja merasa ada esuatu yang hilang
dan tak lengkap dari hidupnya.”
“Dan tepat saat itulah Ella
menyadari mungkin ia telah terlanjur jatuh cinta kepada Diaz. Bahwa ternyata ia
telah begitu ingin menjadi sesuatu yang hilang dari hidup lelaki itu. Bersama
Ella, Diaz akan merasa lengkao. Utuh. Bukan hanya separuh.”
“Ella terdiam. Ada rasa sakit
merambat hatinya pelan-pelan. Benar, ia terlanjur jatuh cinta pada lelaki ini.
Yang terkadang begitu tertutup dan kali lain begitu ekspresif. Yang selalu
tampak asyik sendiri dengan headphone besar di kepalanya. Yang terkadang begitu
emosional dan meledak-ledak, namun kali lain begitu jauh tenggelam dan tak
terjangkau.”
“Sesuatu dalam dirinya berkata
segalanya akan lebih baik jika dibiarkan begitu saja. Tetapi malam ini Ella
sadar ia mungkin tidak akan bertemu dengan Diaz lagi. Bisa jadi untuk
selamanya. Maka, taka da ruginya ia bertanya.”
“Sekarang. Ella hamper tak
mengenali kamar itu lagi. Lemari, laci-laci, permukan meja dan jam dinding,
semua kosong. Kotak-kotak kardus an koper-koper Diaz berkumpul di tengah
ruangan. Ella hamper tak percaya beberapa jam lagi ia tak akan menemukan Diaz
di kamar ini. Membayangkan saja sudah membuat Ella merasa depresi.”
“Dan Ella baru menyadari betapa
sedikit yang sesungguhnya ia ketahui dari lelaki ini. ”
“Ternyata ada jarak yang begitu
jauh antara kedekatan raga dan kedekatan rasa. Sesuatu yang tak pernah Ella
sadari hingga sekarang. Kemudian, entah mengapa, bayangan mengenai kompas kecil
itu melintas dalam benak Ella. Kompas kecil itu-yang selalu Diaz bawa
kemana-mana.”
“Jawaban dan senyuman itu cukup
untuk Ella. Bahkan ia bisa melihat percikan rasa yang hadir di mata lelaki itu
saat Diaz berkata “Ya”. Percikan rasa yang belum pernah Ella lihat, bahkan
ketika mereka sedang bercinta.”
“Sesuatu yang tidak kelihatan
menusuk hati Ella dan membuat lubang di sana; lubang yang tak juga tertutup bahkan
setekah Diaz melekatkan wajahnya ke wajah ella, kemudian memagut bibirnya dan
mendekap perempuan itu dalam pelukannya, lama. Malam itu, untuk yang terakhir
kalinya, mereka bercinta”
“Ella tahu, perpisahan ini akan
terjadi juga, cepat ataulambat. Ia juga tahu Diaz tak pernah mencintainya.
Tetapi tetap saja, semua ini terasa terlalu menyedihkan untuknya.”
“Ella merasakan sengatan perih di
matanya. Ia sudah tak lagi terbiasa sendirian.”
Wicara yang dialihan yaitu pencerita
tidak memberikan mandatnya pada tokoh untuk mngemukakan cerita. Namun ia sediri
yang berperan. Dalam cerpen ini cukup banyak wicara yang dialihkan oleh si
penulis.
c.
Wicara yang dinarasikan
“Sudah lewat tengah malam ketika Ella
menemukan Diaz merokok dalam gelap di studio kecil Ella. Duduk menekuk lutut
sambil memandangi tetes-tetes hujan di balik jendela; terbungkus selimut yang
baru beberapa menit lalu mereka gunakan sebagai alas untuk bercinta. Sebuah
gelas yang digunakan sebagai asbak, sekaleng bird an iPod tergeletak di sekitar
mata kakinya;headphone besar yang terpasang di kepalanya memagari lelaki itu
dari dunia”
“Pemandangan di hadapannya itu
bukanlah yang pertama kali dilihat Ella. Sudah sering ia menemukan Diaz dalam
kondisi semacam ini. Meski dalam keadaan seperti itu biasanya Ella hanya bias
memandangi punggung Diaz dari kejauhan, ia tak pernah keberatan. Tidak juga
terganggu apalagi tersinggung”
“perasaan itulah yang membuat Ella
mengendap-endap menghampiri Diaz dari belakang, hanya untuk mendapatkan lelaki
itu sedemikian hanyut dalam dunianya sendiri. Diaz sama sekali tidak menyadari
keberadaan orang lain didekatnya, meskipun baying-bayang Ella terpantul samar
mengisi bingkai jendela-dan perempuan itu hanya berjarak satu langkah dari
punggungnya.”
“Dan Ella pun berhenti disana.”
“Urung menepuk bahu lelaki itu
ketika samar-samar ia mengenali alunan musik yang tertumpah dari headphone
Diaz-yang pada saat itu tentu disetel dengan volume maksimum. Butuh beberapa
detik sebelum Ella bisa menangkap nada-nada itu lebih jelas, lalu menyadari
Diaz tengah mendengarkan lagu something’s missing-nya John Mayer. Lagu yang
belakangan ini diputar Diaz hamper setiap saat”
“Tiba-tiba saja, Ella merasakan
panas yang menyengat kedua kelopak matanya.”
“Betapa ia membenci keadaan itu.
Ketika Diaz berada dalam satu-satunya dunia tempatnya bisa merasa begitu nyaman
dengan diri sendiri. Satu-satunya dunia yang tidak dimengerti Ella.
Satu-satunya dunia yang tidak mengikutsertakan dirinya”
“Tetapi jika belahan jiwa
benar-benar ada, ternyata belahan jiwa Diaz bukanlah Ella. Karena sebulan
setelah itu, Ella menemukan Jingga”
“Selain kunci flatnya, sebungkus
rokok, dan pemantik api, Diaz selalu mengantongi sebuah kompas kecil di saku
celananya. Dulu sekali, sewaktu mereka makan siang berdua saja untuk pertama
kali, Ella pernah berkomentar tentang kompas kecil itu; yang sering terlihat
oleh Ella ketika Diaz merogoh saku untuk mengeluarkan sebungkus rokok, dan
kompas kecil itu terbawa keluar tidak sengaja.
“Lucu kata Ella. Seumur hidup, baru
kali ini ia bertemu dengan seorang lelaki yang kemana-mana membawa kompas kecil
di saku celananya.”
“Diaz tertawa, seraya membersihkan
kaca kompas kecil itu dengan lengan bajunya.”
“Waktu itu Ella memutuskan untuk
tidak bertanya lebih jauh, meskipun ia merasa ada sesuatu yang terlewat
olehnya. Sesuatu yang tidak sepenuhnya ia mengerti.”
“Dan suatu hari, setelah hamper dua
setengah tahun mereka bersama-sama, tiba-tiba saja Diaz memutuskan pulang ke
Jakarta. Bukan sekedar pulang untuk satu atau dua bulan seperti tahun-tahun sebelumnya,
tetapi untuk selamanya.”
“Ella bertanta, ketika malam itu ia
mampir di flat Diaz untuk membantu lelaki itu mengepak barang-barang.”
“Ella memungut patahan gagang
kacamata yang nyaris terinjak olehnya dan mencampakkannya ke kardus “Buang”.”
“Ella ingat, entah kapan itu,
ketika ia dan Diaz berjalan-jalan di pusat perbelanjaan. Waktu itu, Ella
menitipkan tas-tas belanjaanya kepada Diaz sementara ia pergi ke kamar kecil.
Ketika Ella keluar, ia melihat Diaz duduk sendiri di bangku taman, di dekat kolam
air mancur. Seperti biasa, headphone besar terpasang di kepalanya, dan kaki
lelaki itu bergerak-gerak mengikuti irama lagu. Ella tersenyum. Ia suka
memandangi lelaki itu dari kejauhan, mengagumi garis-garis wajahnya yang keras,
bahunya yang bidag, serta gayanya yang cuek dan sedikit urakan-seperti tak
pernah ambil pusing akan apa kata dunia tentangnya.”
“Diaz mengintip ke dalam salah satu
ta belanjan Ella, lalu mengambil beberapa lembar karu kecil yang biasa
dibagikan di konter-konter parfum. Lelaki itu mendekatkan satu demi satu
kartu-kartu parfum itu ke wajahnya, menghirup wanginya dalam-dalam, sebelum
akhirnya memasukkan selembar ke saku kemejanya, dan mengembalikan yang lainke
tas belanjaan Ella.”
“Ella tidak pernah menyinggung hal
ini. Selama ini, ia berpura-pura tak pernah melihat adegan itu.”
“Diaz menoleh. Pandangan mereka
bertemu. Ella terdiam, tak bisa melanjutkan kata-katanya. Ada sesuatu yang tak
pernah Ella lihat dalam tatapan Diaz itu. Sesuatu yang tak bisa ia terka,
sesuatu yang tak bisa ia jelaskan. Atau mungkin itu hanya khayalan Ella saja.
Mungkin sesungguhnya Diaz merasa tertanggu karena menurutnya Ella terlalu ingin
tahu.”
“Tetapi keudian lelaki itu berhenti
mengemasi koper, mengambil beberapa kaleng bir dari lemari pendingin, meraih
jaket yang tergeletak di dekat pintu, kemudian memberi isyarat agar Ella
mengikutinya keluar.”
“Ella menyambar selimut di tempat
tidur Diaz dan membungkus tubuhnya rapat-rapat, kemudian mengikuti lelaki itu
ke beranda; duduk-duduk disana seraya merokok dan menyesap kaleng demi kaleng
bir, memandang hujan yang semakin deras dan kilat yang menyambar-nyambar di
langir malam.”
“Ella mengisap rokonya dalam-dalam.
Ia memeluk lutut dan menyandarkan punggung di pagar beranda. Seluruh penjuru
kamar Diaz terhampar di hadapannya. Entah sudah berapa kali ia dan Diaz
bercinta disana. Ia hafal benar retakan kecil di langir-langit yang berbentuk
seperti kelinci, ujung lemari yang kayunya terkelipas dan sudah Diaz temple
denga selotip hitam, juga jam meja kecil yang sudah rusak sejak setahun yang
lalu, namun tak juga Diaz singkirkan dari sisi tempat tidurnya.”
“Dan saat ini, pada malam terakhir
Diaz di London., mereka duduk-duduk memandangi hujan dan kamar yang nyaris
kosong di beranda, merokok dan menyesap bir sambil berbicara tentang perempuan
lain.”
“Ella terkejut. Ditatapnya Diaz
yang masih sibuk berbenah; lelaki yang ia kenali benar liku tubuh dan wajahnya,
wangi after-shave dan parfumnya, juga lekuk-lekuk telapak tanganya.”
“Selama dua setengah tahun, ada
begitu banyak hal yang tak pernah mereka bicarakan: keluarga, masa kecil,
perjalanan tumbuh remaja, ketakutan, impian, hal-hal ang membuat mereka
tertawa, hal-hal yang membuat mereka menangis…”
“Pagi-pagi sekali, ketika Diaz
masih berada di kamar mandi, Ella kembali duduk di beranda, yang kini penuh
kaleng bir kosong dan punting rokok basah berserakan.”
“Siang itu Diaz pergi. Membawa
semua yang ia punya, dan semua yang dekat di hatinya: harmonica Hohnernya,
laptopnya, juga koleksi cd jazznya yang tak pernah Ella suka. Ella pun tahu ia
tak pernah akan melihat Diaz di London lagi”
Di dalam cerpen ini sebagian besar
didominasi oleh wicara yang dinarasikan. Karena penulis disini bertindak
sebagai orang ketiga yang serba tahu.
Berdasarkan jenis pencerita, dalam
cerpen ini adalah pencerita intern, yaitu pencerita hadir di dalam teks serta
mengambil posisi sebagai tokoh atau sudut
2.
Kala
a.
Waktu dunia yang digambarkan
“Baru beberapa waktu belakangan
inilah Ella mulai merasakan sesuatu yan lain bergejolak dalam hatinya.”
“Sudah lewat tengah malam ketika
Ella menemukan Diaz merokok dalam gelap di studio kecil Ella.”
“Tetapi malam itu, untuk pertama
kalinya, Ella merasakan sesuatu yang… lain.”
“Dan suatu hari, setelah hamper dua
setengah tahun mereka bersama, tiba-tiba saja Diaz memutuskan untuk pulang ke
Jakarta.”
“Dan saat ini, pada malam terakhir
Diaz di London, mereka duduk-duduk memandangi hujan dan kamar yang nyaris
kosong di beranda,”
“Pagi-pagi sekli, ketika Diaz masih
berada di kamar mandi, Ella kembali duduk di beranda, yang kini penuh kaleng
bir kosong dan punting rokok basah berserakan.”
“Siang itu Diaz pergi. Membawa
semua yang ia punya dan semua yang dekat di hatinya: harmonica Hohnernya,
laptopnya, juga koleksi cd jazznya yang tak pernah Ella suka.”
3.
Sudut Pandang
Di dalam cerpen yang tertinggal ini sudut pandang pencerita adalah orang ketiga
yang serba tahu.
III.
SIMPULAN
Cerpen yang tertinggal karya Hanny
kusumawati ini merupakan kisah realita pasangan remaja dimana salah satu
diantara mereka mencintai tanpa diketahui remaja satunya. Penggambaran cerita
yang menggunakn bahasasehari-hari membuat cerita ini mudah dianalisis secara
segi alur dan penceritaan.
I.
TEORI
PSIKOANALISIS
Psikoanalisis dalam sastra memiliki
empat kemungkinan pengertian. Pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai
tipe atau pribadi. Kedua adalah sebagai studi proses kreatif. Ketiga adalah
studi tipe dan hukum-hukum psikologi diterapkan pada karya sastra. Dan keempat
adalah mempelajari dampak sastra terhadap pembaca.
Dalam karya sastra, psikoanalisis
dapat mengklasifikasikan pengarang berdasar tipe psikologi dan fisiologisnya.
Selain itu dapat pula menguraikan kelainan bahkan alam bawah sadarnya.selain
itu, psikoanalisis dapat digunakan untuk menilai karya sastra karena psikologi
dapat menjelaskan proses kreatif.
Dalam kajian psikoanalisis,
kepribadian manusia yang dianalisis dibagi menjadi tiga, yaitu id, ego, dan
super ego. Ketiga system ini saling berkaitan sehingga merupakan sebuah
kesatuan yang tidak bias dipisahkan. Id (das es) adalah system kepribadian
manusia yang paling dasar. Id merupakan acuan penting yang digunakan untuk
memahami sastrawan / seniman dalam proses penciptaan karya sastra. Melalui id
pula, sastrawan bias menciptakan symbol-simbol tertentu dalam karyanya. Ego
(das ich) adalah system kepribadian yang bertindak sebagai pengaruh individu
kepada dunia objek daari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan
prinsip kenyataan. Dan terakhir super ego (das ueber ich) adalah system
kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang bersifat evaluative.
II.
ANALISIS
PSIKOANALISIS
- Sinopsis
Diceritakan dua pasang manusia
yang menjalin hubungan yang sangat special. Ella dan Diaz, dua manusia
berlainan jenis yang sama-sama kesepian yang butuh teman dan mencoba saling
melengkapi selama dua setengah tahun. Kontak fisik yang terjadi diantara mereka
ternyata mampu mengesampingkan aturan keharusan adanya sebuah status dalam
sebuah hubungan seperti yang mereka lakukan. Namun Ella menyukainya meski
megetahui hubungan seperti itu tidak akan bertahan lama. Dan memang hubungan
itu pun akhirnya harus berakhir. Berakhir ketika bunga-bunga cemburu tumbuh
dari benih-benih cinta yang dipupuk hubungan badan diantara Ella dan Diaz. Diaz
harus kembali ke Jakarta karena sebuah urusan yang tak bias dijelaskan. Ella
yang mencoba mengungkapkan perasaannya menjelang keprgian Diaz, akhirnya
mengurungkan niatnya setelah perkenalannya dengan Jingga. Seseorang dari masa
lalu Diaz.
2. Aspek Bawah Sadar Tokoh Ella
-
Secara Fisiologis : wanita muda
Dilihat
dari penceritaan di cerpen ini bahwa Ella tidak terikat hubungan pernikahan.
Juga karena Diaz merupakan lelaki muda, maka disimpulkan bahwa Ella pu wanita
muda.
-
Secara psikologis : feminim, sedikit
nakal, dan baik.
Dilihat
dari penceritaannya Ella yang suka berbelanja. Lalu ada kutipan yang
menjelaskan bahwa Ella wanita yang sedikit nakal “…duduk-duduk disana seraya
merokok dan menyesap kaleng demi kaleng bir”.
-
Secara Sosiologis : teman kencan Diaz.
Di
cerpen ini diceritakan bahwa Ella berhubungan dengan Diaz tanpa status sehingga
disimpukan bahwa Ella hanyalah teman kencan Diaz.
1.
ID
Id merupakan struktur kepribadian
paling primitif dan berhubungan dengan prinsip mencari kesenangan. Ini dapat
kita lihat pada fase kanak-kanak seseorang. Id banyak berhubungan dengan nafsu
semena-mena yang tidak sanggup membedakan realitas dan khayalan.
ID disini adalah keinginan Ella untuk
menjadi bagian yang hilang dari Diaz.
Kutipannya : “Dan tepat pada saat itulah Ella menyadari mungkin ia telah terlanjur
jatuh cinta kepada Diaz. Bahwa ternyata ia telah begitu ingin menjadi sesuatu
yang hilang dari hidup lelaki itu. Bersama Ella, Diaz akan merasa lengkap.
Utuh. Bukan hanya separuh”
2.
Ego
Ego merupakan kelanjutan upaya
mencari kesenangan, tetapi sudah dirangkai dengan keharusan tunduk pada
realitas dan tak bisa semena-mena lagi. Fase ini dapat dilihat ketika seorang
anak mulai mengenal berbagai aturan sosial dan terpaksa mengekang nafsu
pemuasan dirinya yang bersifat semena-mena. Ego juga merupakan
rasa sadar akan diri sendiri atau konsepsi individu tentang dirinya sendiri.
Ego disini adalah perkenalan Ella
dengan Jingga. Seseorang dari masa lalu Diaz yang membuat Ella mengurungkan
niat untuk menyatakan cinta kepada Diaz.
Kutipannya : “Tetapi jika belahan jiwa benar-benar ada, ternyata belahan jiwa Diaz
bukanlah Ella. Karena sebulan setelah itu, Ella menemukan jingga”
3.
Super
Ego
Superego merupakan perwakilan dari
berbagai nilai dan norma yang ada dalam masyarakat tempat individu itu hidup.
Berbeda dengan ego yang berpegang pada prinsip realitas, superego yang
memungkinkan manusia memiliki pengendalian diri selalu akan menuntut
kesempurnaan manusia dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Tahapan ini
seiring dengan kedewasaan seorang individu.
Super Ego
disini adalah Ella yang pada akhirnya tidak berhasil untuk mengungkapkan cinta
dan menjadi bagian yang hilang bagi Diaz.
Kutipannya
: “Ella tahu, perpisahan ini akan terjadi
juga, cepat atau lambat. Ia juga tahu Diaz tak pernah mencintainya. Tetapi
tetap saj, semua ini terasa terlalu menyedihkan untuknya.
Mungkin aku hanya sduah terlalu terbiasa dengan
keberadaannya di sekitarku, begitu yang diucapkan Diaz semalam.
Ella merasakan sengatan perih di matanya. Ia sudah tak
lagi terbiasa sendirian.
Siang itu Diaz pergi. Membawa semua yang ia punya, dan
semua yang dekat di hatinya: harmonica Hohnernya, laptopnya, juga koleksi CD
jazznya yang tak pernah Ella suka. Ella pun tahu ia tak akan pernah melihat
Diaz di London lagi.”
III.
SIMPULAN
Setelah dianalisis dengan psikoanalisis. Dapat dilihat bahwa terjadi
perubahan sifat atau prilaku dari Ella. Yang semula mempunyai tekad untuk
menjadi belahan jiwa Diaz, namun kemudian berubah mengurungkan niatnya karena
perkenalannya dengan Jingga. Seseorang dari masa lalu Diaz yang sepertinya
sangat penting bagi Diaz.
No comments:
Post a Comment