Monday, March 4, 2013

analisis cerpen yang tertinggal karya hanny kusumawati




I.                   SINOPSIS
       
          Diceritakan dua pasang manusia yang menjalin hubungan yang sangat special. Ella dan Diaz, dua manusia berlainan jenis yang sama-sama kesepian yang butuh teman dan mencoba saling melengkapi selama dua setengah tahun. Kontak fisik yang terjadi diantara mereka ternyata mampu mengesampingkan aturan keharusan adanya sebuah status dalam sebuah hubungan seperti yang mereka lakukan. Namun Ella menyukainya meski megetahui hubungan seperti itu tidak akan bertahan lama. Dan memang hubungan itu pun akhirnya harus berakhir. Berakhir ketika bunga-bunga cemburu tumbuh dari benih-benih cinta yang dipupuk hubungan badan diantara Ella dan Diaz. Diaz harus kembali ke Jakarta karena sebuah urusan yang tak bias dijelaskan. Ella yang mencoba mengungkapkan perasaannya menjelang keprgian Diaz, akhirnya mengurungkan niatnya setelah perkenalannya dengan Jingga. Seseorang dari masa lalu Diaz.

          
II.                ANALISIS STRUKTURAN TODOROV
  1. Aspek Sintaksis
1.      Analisis Alur

            F1 : Ella jatuh cinta pada Diaz.
F2 : Ella menghabiskan dua setengah tahun bersama Diaz.
F3 : Ella dan Diaz sering berhubungan badan.
F4 : Ella baru saja selesai bercinta dengan Diaz.
F5 : Diaz merokok di studio kecil Ella.
F6 : Ella memandangi Diaz dan kemudian mendekatinya.
F7 : Diaz duduk sambil mendengarkan lagu something missing milik john mayer.
F8 : Ella merasa cemburu.
F9 : saat itu Ella menyadari dia jatuh cinta pada Diaz.
F10 : Diaz selalu membawa kompas di sakunya.
F11 : Ella mengomentari perilaku Diaz yang selalu membawa kompas.
F12 : setelah hampir dua setengah tahun Diaz memutuskan kembali ke Jakarta.
F13 : Ella membantu Diaz mengepak barang.
F14 : Ella bertanya kenapa Diaz pulang.
F15 : Diaz menjawab pertanyaan Ella.
F16 : Ella memungut gagang kacamata yang patah.
F17 : Ella merasakan sakit ketika mendengar jawaban Diaz.
F18 : Ella mengingat waktu ketika Diaz mengambil salah satu kertas parfum dari tas belanjaanya.
F19 : Ella bertanya tentang kejadian Diaz mengambil kertas parfum dari tas belanjaannya.
F20 : Diaz menjawab karena teringat pada seseorang.
F21 : Diaz berhenti membereskan barang dan mengambil bir lalu beranjak kelua.
F22 : Ella mengikuti Diaz.
F23 : Diaz menceritakan Jingga pada Ella.
F24 : Ella merasa sakit hati.
F25 : Ella dan Diaz berciuman dan berpelukan.
F26 : Ella dan Diaz bercinta untuk terakhir kalinya.
F27 : pagi hari Diaz ke kamar mandi.
F28 : Ella duduk di beranda.
F29 : siang hari Diaz pergi.



Bagan Alur









































Oval: F2
Oval: F4
Oval: F8
Oval: F9
Oval: F10


















Oval: F11




Oval: F17









Oval: F27










Oval: F28




Oval: F22
 













         Dalam cerpen Yang tertinggal ini, pengarang ingin menampilkan sebuah cerita tentang cinta yang tak sampai. Meski ide pokok ceritanya sederhana, namun cerita ini dikemas dalam bentuk penceritaan yang lebih bebas, dewasa dan nyata. Bagaimana si pengarang menggambarkan Ella sebagai seorang wanita yang suka merokok dan minum-minum serta bagaimana di ceritakan bahwa Ella dan Diaz telah melakukan hubungan suami istri meski tanpa sebuah ikatan.
         Ella dan Diaz, adalah dua orang remaja yang tinggal di kota London. Mereka berdua menjalin hubungan selama dua setengah tahun tanpa terikat sebuah status sebagai sepasang kekasih atau suami istri. Meski begitu Ella dan Diaz tidak terlalu mempermasalahkannya. Malah Ella menyukai hubungan itu, bersama tanpa harus terlibat dengan emosi atau ego individu yang berbeda yang biasa hadir dalam sebuah hubungan. Seperti cemburu, tidak ada pengertian, dan ketidak percayaan. Dalam cerpen ini juga diceritakan bagaimana keduanya sudah terbiasa berhubungan badan yang selanjutnya dari hubungan yang sangat dekat ini menimbulkan benih cinta di hati Ella. Meski cerita ini cukup vulgar, namun bagi penulis cerita ini seperti menggambarkan realita yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana hubungan suami istri, meroko, minum bir, bukan lagi menjadi hal yang tabu.
        Selanjutnya diceritakan awal Ella muali merasa jatuh cinta kepada Diaz. Ella di tengah malam menemukan Diaz tengah meroko di studio kecil milik Ella setelah mereka bercinta. Pemandangan itu memang tidak asing lagi bagi Ella. Namun malam itu untuk pertama kalinya Ella merasa diabaikan oleh Diaz. Ella kemudian mencoba mendekati Diaz. Ketika Ella akan menepuk bahu Diaz, Ia mendengar lagu Something’s Missingnya John Mayer dari headphone Diaz yang menemani Diaz di dunia yang tidak dimengerti Ella. Kemudian Ella merasa cemburu pada sebuah lagu yang ia dengarkan. Dan sat itulah Ella menyadari dirinya telah jatuh cinta pada Diaz. Ketika itu ia ingin menjadi something missing bagi Diaz. Namun sebulan kemudian dia mengetahui bahwa sesuatu yang hilang dari Diaz adalah Jingga. Seseorang dari masa lalunya yang memeberikan Diaz kompas yang selalu dibawanya kemanapun.
         Dia akhir cerita, diceritakan Diaz harus kembali ke Jakarta karena sesuatu hal. Ketika Ella membantu Diaz untuk membereskan barang-barangnya, barulah ia sadar betapa selama dua setengah tahun mereka bersamam terlalu banyak waktu terbuang baginya untuk mengenal lebih dalam seorang Diaz. Dan akhirnya Diaz pergi tanpa Ella sempat mengucapkan perasaanya pada Diaz.


2.      Analisis Pengaluran

S1    : Ella berhubungan dua setengah tahun dengan Diaz. (Sekuen Linear)
S2    : Ella mulai merasakan gejolak lain dalam hatinya. . (Sekuen Linear)
F3    : Ella menemukan Diaz merokok dalam gelap di studio kecil Ella. (Sekuen Linear)
S4  : Diaz duduk menekuk lutut sambil memandangi tetes hujan dengan selimut yang digunakannya bercinta dengan Ella. (Sekuen Linear)
S5    : Ella memandangi punggung Diaz dari kejauhan. (Sekuen Linear)
S6    : Ella merasakan perasaan cemburu, sakit hati atau perasaan diabaikan oleh Diaz. (Sekuen Linear)
S7    : Ella mengendap-endap menghampiri Diaz dari belakang. (Sekuen Linear)
S8    : Ella urung menepuk bahu Diaz. (Sekuen Linear)
S9    : Diaz tenggelam dalam dunianya dan tidak menyadari kedatangan Ella. (Sekuen Linear)
S10 : Samar-samar Ella mendengar alunan lagu something missing karya john mayer dari headphone Diaz. (Sekuen Linear)
S11  : Ella merasa panas menyengat dari kedua bola matanya. Ia membenci keadaan itu. (Sekuen Linear)
S12  : Ella merasa ditinggalkan. Cemburu terhadap lagu yang didengarkan Diaz. (Sekuen Linear)
S13  : Ella menyadari dirinya jatuh cinta pada Diaz. (Sekuen Linear)
S14  : Ella menginginkan menjadi sesuatu yang hilang dari Diaz. (Sekuen Linear)
S16  : Sebulan setelah itu Ella bertemu jingga. (Sekuen Linear)
S17  : Diaz selalu mengantongi kompas kecil di sakunya. (Sekuen Linear)
S18  : Dulu sekali, Ella dan Diaz makan siang berdua. (Sekuen Ingatan)
S19  : Ella mengomentari kompas yang dibawa Diaz. (Sekuen Ingatan)
S20  : Diaz tertawa, sambil membersihkan kompasnya. (Sekuen Ingatan)
S21  : Satu hari, setelah dua setengah tahun. Diaz memutuskan kembali ke Jakarta. (Sekuen Linear)
S22  : Ella bertanya kepada Diaz kenapa dia kembali ke Jakarta. (Sekuen Linear)
S23  : Ella membantu Diaz mengepak barang-barangnya. (Sekuen Linear)
S24  : Diaz mengosongkan laci dan memisahkannya di dua buah kardus. (Sekuen Linear)
S25  : Ella mengambil pecahan gagang kacamata yang hamper terinjak. (Sekuen Linear)
S26  : Diaz menjawab pertanyaan Ella. (Sekuen Linear)
S27  : Diaz menjejalkan barang-barang dari kardus ke kopernya. (Sekuen Linear)
S28  : Ella terdiam. Ada sakit yang merambat hatinya. (Sekuen Linear)
S29  : Ella ingat ketika ia dan Diaz berjalan di pusat perbelanjaan. (Sekuen Ingatan)
S30  : Ella menitipkan tas belanjaannya kepada Diaz. (Sekuen Ingatan)
S31  : Ella pergi ke kamar kecil. (Sekuen Ingatan)
S32 : Ketika Ella keluar, Ia melihat Diaz duduk di bangku taman sambil mendengarkan headphone. (Sekuen Ingatan)
S33  : Ella memandang Diaz dari kejauhan. (Sekuen Ingatan)
S34  : Diaz mengambil satu kartu parfum dari tas belanjaan Ella. (Sekuen Ingatan)
S35 : Malam itu setelah dua setengah tahun Ella menanyakan tentang Diaz yang mengambil salah satu kartu parfumnya. (Sekuen Linear)
S36  : Diaz menoleh kearah Ella. (Sekuen Linear) (Sekuen Linear)
S37  : Ella terdiam. (Sekuen Linear)
S38  : Diaz berhenti mengemasi barang kemudian mengambil beberapa kaleng bir dan memberi isyarat agar Ella mengikutinya. (Sekuen Linear)
S39  : Ella mengambil selimut dan menutupi tubuhnya dengan selimut itu. (Sekuen Linear)
S40  : Ella mengikuti Diaz, kemudian merokok dan minum beberapa kaleng bir. (Sekuen Linear)
S41  : Diaz menjawab pertanyaan Ella. (Sekuen Linear)
S42  : Diaz mengenalkan Jingga kepada Ella. (Sekuen Linear)
S42 : Ella menghisap rokoknya dalam-dalam, kemudian memeluk lututnya dan menyandar di dinding. (Sekuen Linear)
S43 : Ella mengingat-ingat waktu bercinta dengan Diaz dan berbagai hal yang ada di dalam kamar tempat mereka bercinta.  (Sekuen Ingatan)
S44  : Ella memandangi kamar itu yang kini jauh berbeda dari yang dikhayalkannya. (Sekuen Linear)
S45  : Ella merasa depresi mengingat Diaz akan pergi. (Sekuen Linear)
S46  : Ella bertanya apakah Diaz mencintai Jingga. (Sekuen Linear)
S47  : lalu Diaz menjawab sembari tertawa. (Sekuen Linear)
S49  : Ella bertanya apakah Diaz pulang ke Jakarta karena Jingga. (Sekuen Linear)
S50  : Diaz terkejut, lalu menjawab bukan karena Jingga tapi karena masalah keluarga. (Sekuen Linear)
S51  : Ella terkejut sambil memandang Diaz yang masih sibuk berbenah. (Sekuen Linear)
S52  : Ella merasa betapa sedikit yang ia ketahui tentang Diaz. (Sekuen Linear)
S53 : Ella mengingat betapa selama dua setengah tahun, ada begitu banyak cerita yang mereka simpan untuk mereka sendiri. (Sekuen Ingatan)
S54  : Ella kembali mengingat bayangan kompas yang selalu dibawa Diaz. (Sekuen Ingatan)
S55  : Ella bertanya apakah Jingga yang memberi Diaz kompas itu. (Sekuen Linear)
S56  : Diaz menjawab sambil mengedipkan matanya. (Sekuen Linear)
S57  : Ella merasakan Diaz jatuh cinta pada Jingga. (Sekuen Linear)
S58  : Diaz mendekatkan wajahnya kepada Ella dan memagut bibirnya dan mendekapnya. (Sekuen Linear)
S59  : malam itu mereka bercinta untuk terakhir kalinya. (Sekuen Linear)
S60  : pagi hari Diaz berada di kamar mandi. (Sekuen Linear)
S61  : Ella duduk di beranda. (Sekuen Linear)
S62  : Ella merasa Diaz tak pernah mencintainya. (Sekuen Linear)
S63  : Ella merasa ada sengatan perih dimatanya. (Sekuen Linear)
S64  : siang itu Diaz pergi. (Sekuen Linear)

Bagan Pengaluran













 
 
S1                      S18                       S30                      S43                        S53                        S64

Sekuen Linear   : selain sekuen (18,19,20,30,31,31,33,34,43,44,53, dan 54)
Sekuen Ingatan : sekuen 18,19,20,30,31,31,33,34,43,44,53, dan 54

  1. ASPEK SEMANTIK
  1.  Tokoh / Penokohan
  1. Tokoh Diaz
1.       Penokohan
-          Secara Fisiologis   : laki-laki muda
Dilihat dari penceritaan di cerpen ini, tidak diceritakan Diaz seorang yang sudah beristri atau terikat hubungan. Disini juga dijelaskan bahwa Diaz hubungannya masih erat dengan keluarga dilihat dari keinginannya pulang dari London karena masalah keluarga. Sehingga diambil kesimpulan bahwa Diaz madalah lelaki muda.
-          Secara Psikologis : orang yang acuh, baik, terkadang emosionalnya meledak-ledak, tertutup tertapi terkadang begitu ekspresif, dan tenang.
Kutipannya “yang terkadang begitu tertutup dan kali lain begitu ekspresif. Yang selalu tampak asyik sendiri dengan headphone besar di kepalanya. Yang terkadang begitu emosional dn meledak-ledak, namun kali ini begitu jauh tenggelam dan tak terjangkau. ”
-          Secara Sosiologis : orang Indonesia yang tinggal di London, teman kencan Ella.
Kutipannya “dan suatu hari, setelah hamper dua setengah tahun mereka bersama, tiba-tiba saja Diaz memutuskan untuk pulang ke Jakarta”. Dicerpen ini diceritakan Diaz berhubungan dengan Ella tanpa status.
2.       Jenis Tokoh
Tokoh tambahan, pipih / sederhana, tetap / tipikal, real, individual.
3. Metode Penokohan
- Dramatic
“Parfum itu mengingatkanku pada seseorang”
Sesuatu dalam diri Ella meronta. “Siapa?”
“Namanya Jingga. Kamu tidak kenal dia. Dan mungkin aku pun tak pernah sungguh-sungguh mengenalnya ”
        Dalam kutipan diatas, diceritakan bahwa Diaz yang begitu abu-abu, terkadang begitu ekspresif, terkadang emosional ternyata juga orang yang penuh dengan cinta. Dibuktikan dengan sikapnya yang masih ingat dengan parfum dari Jingga. Sesuatu hal yang tidak mungkin bias dilakukan oleh orang yang tidak mempunyai cinta.
-          Konstektual
“Dia yang memberikan kompas kecil itu untukmu ?”
“Ya” Diaz tersenyum lebar, lalu mengedipkan sebelah matanya kepada Ella.
         Dari kutipan diatas digambarkan bahwa Diaz tidaklah sekaku atau seacuh anggapan Ella. Dia pun seorang pria yang bias merasakan cinta.

  1. Tokoh Ella
1.       Penokohan
-          Secara Fisiologis : wanita muda
Dilihat dari penceritaan di cerpen ini bahwa Ella tidak terikat hubungan pernikahan. Juga karena Diaz merupakan lelaki muda, maka disimpulkan bahwa Ella pu wanita muda.
-          Secara psikologis : feminim, sedikit nakal, dan baik.
Dilihat dari penceritaannya Ella yang suka berbelanja. Lalu ada kutipan yang menjelaskan bahwa Ella wanita yang sedikit nakal “…duduk-duduk disana seraya merokok dan menyesap kaleng demi kaleng bir”.
-          Secara Sosiologis : teman kencan Diaz.
Di cerpen ini diceritakan bahwa Ella berhubungan dengan Diaz tanpa status sehingga disimpukan bahwa Ella hanyalah teman kencan Diaz.
2.       Jenis Tokoh
Tokoh utama, bulat / kompleks, berkembang, real, individual.
3.      Metode Penokohan
-          Dramatic
“kamu mencintainya?” Tanya Ella.
“Entahlah. Mungkin juga… aku hanya sudah terlalu terbiasa dengan keberadaanya di sekitarku” Diaz tertawa.
“kamu pulang untuknya?” Tanya Ella.
Diaz tampak terkejut. Ia menggeleng. “Bukan. Aku kan sudah bilang, shit happens. Ada banyak hal di dunia ini yang terjadi di luar kemauan kita. Let’s just say, family problems”
“oh” Ella terkejut.
        Dari kutipan diatas, sederet pertanyaan yang diajukan Ella dan responsya dari jawaban Diaz dapat dipastikan Ella adalah seorang yang pencemburu.
-          Konstektual
Tetapi malam itu, untuk pertama kalinya, Ella merasakan sesuatu yang… lain. Mungkin cemburu…
       Disini digambarkan jelas oleh pengarang bahwa Ella adalah seorang pecemburu.
  1. Latar
-          Studio kecil Ella
 Kutipannya “sudah lewat tengah malam ketika Ella menemukan Diaz merokok dalam gelap di studio kecil Ella.”
-          Flat Diaz
Kutipannya “…ketika malam itu ia mampir di flat Diaz untuk membantu lelaki itu mengepak barang-barang”
-          Pusat Perbelanjaan
Kutipannya “Ella ingat, entah kapan itu, ketika ia dan Diaz berjalan di pusat perbelanjaan”
  1. Aspek Pragmatik / Gaya Penceritaan
1.      Modus
Berdasarkan tipe penceritanya modus terbagi tiga, yaitu :
a.       Wicara yang dilaporkan
“Mengapa?”
“Apa?”
“Shit happens”
“Ada masalah?”
“Namanya hidup selalu ada masalah, kan?”
“Dulu”
“Sewaktu kita pergi ke pusat perbelanjaan, kamu pernah mengambil selembar kartu parfum dari dalam tas belanjaanku. Kamu pikir aku tidak melihat. Sejak itu aku bertanya-tanya… ”
“Parfum itu mengingatkan aku pada seseorang”
“Siapa?”
“Namanya Jingga. Kamu tidak kenal dia. Dan mungkin aku pun tak pernah sungguh-sungguh mengenalnya,”
“Lucu, bagaimana kamu bias merasa terikat kepda seseorang yang selalu ada untukmu-bahkan saat orang-orang terdekatmu tidak menginginkanmu. She’s always around”
“Kamu mencintainya?”
“Entahlah. Mungkin juga… aku hanya sudah terlalu terbiasa dengan keberadaanya di sekitarku.”
“Kamu pulang untuknya?”
“Bukan. Aku kan sudah bilang, shit happens. Ada banyak hal di dunia ini yang terjadi d luar kemauan kita. Let’s just say, family problems”
“oh”
“Dia yang memberikan kompas kecil itu untukmu?”
“Ya”
“Untuk menemukan jalan pulang”
         Dalam cerpen ini sedikit sekali wicara yang dilaporkan bila dibandingkan dengan wicara yang dialihkan dan dinarasikan. Karena penulis disini sebagai pihak ketiga yang serba tahu.
b.      Wicara yang dialihkan
“Seandainya bisa memilih, Ella tidak akan memilih untuk jatuh cinta kepada Diaz. Terlalu rumit baginya.”
“Tetapi Ella suka. Hubungannya dengan Diaz begitu sederhana. Ketiadaan emosi membuat keduanya tak pernah diharuskan berbenturan dengan ego dua manusia.”
“Ella tahu, hubungan semacam ini tak mungkin bertahan selamanya. Suatu hari nanti, ketika salah seorang diantara mereka menemukan cinta, mereka akan berpisah juga. Tetapi Ella sudah cukup bahagia dengan apa yang mereka punya, meski hanya bersifat sementara”
“baru beberapa waktu belakangan inilah Ella mulai merasakan sesuatu yang lain bergejolak dalam hatinya. Ya, hati. Bukan lagi benak. Sesuatu yang menggangunya dan membuatnya waspada, karena seharusnya hatinya tidak ikut berbicara. Karena ini bukan cinta. Atau setidaknya, begitula yang Ella kira. Hingga beberapa minggu lalu”
“Ella menerima ebagaimana adanya. Menurutnya, hal semacam ini wajar dan tak perlu dibesar-besarkan. Karena bukankah setiap orang memiliki mekanisme tersendiri untuk melarkan diri dari dunia?”
“Tetapi malam itu, untuk pertama kalinya, Ella merasakan sesuatu yang… lain. Mungkin cemburu, sakit hati, atau perasaan diabaikan-ia sendiri tak bias menjelaskan.”
“Yang membuat Ella merasa begitu sendirian. Ditinggalkan. Terlebih lagi, Ella merasa terluka. Sekaligus bodoh. Bisa-bisanya ia cemburu pada sebait lagu yang berkisah tentang seorang lelalki yang sudah memiliki segalanya, tetapi tetap saja merasa ada esuatu yang hilang dan tak lengkap dari hidupnya.”
“Dan tepat saat itulah Ella menyadari mungkin ia telah terlanjur jatuh cinta kepada Diaz. Bahwa ternyata ia telah begitu ingin menjadi sesuatu yang hilang dari hidup lelaki itu. Bersama Ella, Diaz akan merasa lengkao. Utuh. Bukan hanya separuh.”
“Ella terdiam. Ada rasa sakit merambat hatinya pelan-pelan. Benar, ia terlanjur jatuh cinta pada lelaki ini. Yang terkadang begitu tertutup dan kali lain begitu ekspresif. Yang selalu tampak asyik sendiri dengan headphone besar di kepalanya. Yang terkadang begitu emosional dan meledak-ledak, namun kali lain begitu jauh tenggelam dan tak terjangkau.”
“Sesuatu dalam dirinya berkata segalanya akan lebih baik jika dibiarkan begitu saja. Tetapi malam ini Ella sadar ia mungkin tidak akan bertemu dengan Diaz lagi. Bisa jadi untuk selamanya. Maka, taka da ruginya ia bertanya.”
“Sekarang. Ella hamper tak mengenali kamar itu lagi. Lemari, laci-laci, permukan meja dan jam dinding, semua kosong. Kotak-kotak kardus an koper-koper Diaz berkumpul di tengah ruangan. Ella hamper tak percaya beberapa jam lagi ia tak akan menemukan Diaz di kamar ini. Membayangkan saja sudah membuat Ella merasa depresi.”
“Dan Ella baru menyadari betapa sedikit yang sesungguhnya ia ketahui dari lelaki ini. ”
“Ternyata ada jarak yang begitu jauh antara kedekatan raga dan kedekatan rasa. Sesuatu yang tak pernah Ella sadari hingga sekarang. Kemudian, entah mengapa, bayangan mengenai kompas kecil itu melintas dalam benak Ella. Kompas kecil itu-yang selalu Diaz bawa kemana-mana.”
“Jawaban dan senyuman itu cukup untuk Ella. Bahkan ia bisa melihat percikan rasa yang hadir di mata lelaki itu saat Diaz berkata “Ya”. Percikan rasa yang belum pernah Ella lihat, bahkan ketika mereka sedang bercinta.”
“Sesuatu yang tidak kelihatan menusuk hati Ella dan membuat lubang di sana; lubang yang tak juga tertutup bahkan setekah Diaz melekatkan wajahnya ke wajah ella, kemudian memagut bibirnya dan mendekap perempuan itu dalam pelukannya, lama. Malam itu, untuk yang terakhir kalinya, mereka bercinta”
“Ella tahu, perpisahan ini akan terjadi juga, cepat ataulambat. Ia juga tahu Diaz tak pernah mencintainya. Tetapi tetap saja, semua ini terasa terlalu menyedihkan untuknya.”
“Ella merasakan sengatan perih di matanya. Ia sudah tak lagi terbiasa sendirian.”
         Wicara yang dialihan yaitu pencerita tidak memberikan mandatnya pada tokoh untuk mngemukakan cerita. Namun ia sediri yang berperan. Dalam cerpen ini cukup banyak wicara yang dialihkan oleh si penulis.
c.       Wicara yang dinarasikan
 “Sudah lewat tengah malam ketika Ella menemukan Diaz merokok dalam gelap di studio kecil Ella. Duduk menekuk lutut sambil memandangi tetes-tetes hujan di balik jendela; terbungkus selimut yang baru beberapa menit lalu mereka gunakan sebagai alas untuk bercinta. Sebuah gelas yang digunakan sebagai asbak, sekaleng bird an iPod tergeletak di sekitar mata kakinya;headphone besar yang terpasang di kepalanya memagari lelaki itu dari dunia”
“Pemandangan di hadapannya itu bukanlah yang pertama kali dilihat Ella. Sudah sering ia menemukan Diaz dalam kondisi semacam ini. Meski dalam keadaan seperti itu biasanya Ella hanya bias memandangi punggung Diaz dari kejauhan, ia tak pernah keberatan. Tidak juga terganggu apalagi tersinggung”
“perasaan itulah yang membuat Ella mengendap-endap menghampiri Diaz dari belakang, hanya untuk mendapatkan lelaki itu sedemikian hanyut dalam dunianya sendiri. Diaz sama sekali tidak menyadari keberadaan orang lain didekatnya, meskipun baying-bayang Ella terpantul samar mengisi bingkai jendela-dan perempuan itu hanya berjarak satu langkah dari punggungnya.”
“Dan Ella pun berhenti disana.”
“Urung menepuk bahu lelaki itu ketika samar-samar ia mengenali alunan musik yang tertumpah dari headphone Diaz-yang pada saat itu tentu disetel dengan volume maksimum. Butuh beberapa detik sebelum Ella bisa menangkap nada-nada itu lebih jelas, lalu menyadari Diaz tengah mendengarkan lagu something’s missing-nya John Mayer. Lagu yang belakangan ini diputar Diaz hamper setiap saat”
“Tiba-tiba saja, Ella merasakan panas yang menyengat kedua kelopak matanya.”
“Betapa ia membenci keadaan itu. Ketika Diaz berada dalam satu-satunya dunia tempatnya bisa merasa begitu nyaman dengan diri sendiri. Satu-satunya dunia yang tidak dimengerti Ella. Satu-satunya dunia yang tidak mengikutsertakan dirinya”
“Tetapi jika belahan jiwa benar-benar ada, ternyata belahan jiwa Diaz bukanlah Ella. Karena sebulan setelah itu, Ella menemukan Jingga”
“Selain kunci flatnya, sebungkus rokok, dan pemantik api, Diaz selalu mengantongi sebuah kompas kecil di saku celananya. Dulu sekali, sewaktu mereka makan siang berdua saja untuk pertama kali, Ella pernah berkomentar tentang kompas kecil itu; yang sering terlihat oleh Ella ketika Diaz merogoh saku untuk mengeluarkan sebungkus rokok, dan kompas kecil itu terbawa keluar tidak sengaja.
“Lucu kata Ella. Seumur hidup, baru kali ini ia bertemu dengan seorang lelaki yang kemana-mana membawa kompas kecil di saku celananya.”
“Diaz tertawa, seraya membersihkan kaca kompas kecil itu dengan lengan bajunya.”
“Waktu itu Ella memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh, meskipun ia merasa ada sesuatu yang terlewat olehnya. Sesuatu yang tidak sepenuhnya ia mengerti.”
“Dan suatu hari, setelah hamper dua setengah tahun mereka bersama-sama, tiba-tiba saja Diaz memutuskan pulang ke Jakarta. Bukan sekedar pulang untuk satu atau dua bulan seperti tahun-tahun sebelumnya, tetapi untuk selamanya.”
“Ella bertanta, ketika malam itu ia mampir di flat Diaz untuk membantu lelaki itu mengepak barang-barang.”
“Ella memungut patahan gagang kacamata yang nyaris terinjak olehnya dan mencampakkannya ke kardus “Buang”.”
“Ella ingat, entah kapan itu, ketika ia dan Diaz berjalan-jalan di pusat perbelanjaan. Waktu itu, Ella menitipkan tas-tas belanjaanya kepada Diaz sementara ia pergi ke kamar kecil. Ketika Ella keluar, ia melihat Diaz duduk sendiri di bangku taman, di dekat kolam air mancur. Seperti biasa, headphone besar terpasang di kepalanya, dan kaki lelaki itu bergerak-gerak mengikuti irama lagu. Ella tersenyum. Ia suka memandangi lelaki itu dari kejauhan, mengagumi garis-garis wajahnya yang keras, bahunya yang bidag, serta gayanya yang cuek dan sedikit urakan-seperti tak pernah ambil pusing akan apa kata dunia tentangnya.”
“Diaz mengintip ke dalam salah satu ta belanjan Ella, lalu mengambil beberapa lembar karu kecil yang biasa dibagikan di konter-konter parfum. Lelaki itu mendekatkan satu demi satu kartu-kartu parfum itu ke wajahnya, menghirup wanginya dalam-dalam, sebelum akhirnya memasukkan selembar ke saku kemejanya, dan mengembalikan yang lainke tas belanjaan Ella.”
“Ella tidak pernah menyinggung hal ini. Selama ini, ia berpura-pura tak pernah melihat adegan itu.”
“Diaz menoleh. Pandangan mereka bertemu. Ella terdiam, tak bisa melanjutkan kata-katanya. Ada sesuatu yang tak pernah Ella lihat dalam tatapan Diaz itu. Sesuatu yang tak bisa ia terka, sesuatu yang tak bisa ia jelaskan. Atau mungkin itu hanya khayalan Ella saja. Mungkin sesungguhnya Diaz merasa tertanggu karena menurutnya Ella terlalu ingin tahu.”
“Tetapi keudian lelaki itu berhenti mengemasi koper, mengambil beberapa kaleng bir dari lemari pendingin, meraih jaket yang tergeletak di dekat pintu, kemudian memberi isyarat agar Ella mengikutinya keluar.”
“Ella menyambar selimut di tempat tidur Diaz dan membungkus tubuhnya rapat-rapat, kemudian mengikuti lelaki itu ke beranda; duduk-duduk disana seraya merokok dan menyesap kaleng demi kaleng bir, memandang hujan yang semakin deras dan kilat yang menyambar-nyambar di langir malam.”
“Ella mengisap rokonya dalam-dalam. Ia memeluk lutut dan menyandarkan punggung di pagar beranda. Seluruh penjuru kamar Diaz terhampar di hadapannya. Entah sudah berapa kali ia dan Diaz bercinta disana. Ia hafal benar retakan kecil di langir-langit yang berbentuk seperti kelinci, ujung lemari yang kayunya terkelipas dan sudah Diaz temple denga selotip hitam, juga jam meja kecil yang sudah rusak sejak setahun yang lalu, namun tak juga Diaz singkirkan dari sisi tempat tidurnya.”
“Dan saat ini, pada malam terakhir Diaz di London., mereka duduk-duduk memandangi hujan dan kamar yang nyaris kosong di beranda, merokok dan menyesap bir sambil berbicara tentang perempuan lain.”
“Ella terkejut. Ditatapnya Diaz yang masih sibuk berbenah; lelaki yang ia kenali benar liku tubuh dan wajahnya, wangi after-shave dan parfumnya, juga lekuk-lekuk telapak tanganya.”
“Selama dua setengah tahun, ada begitu banyak hal yang tak pernah mereka bicarakan: keluarga, masa kecil, perjalanan tumbuh remaja, ketakutan, impian, hal-hal ang membuat mereka tertawa, hal-hal yang membuat mereka menangis…”
“Pagi-pagi sekali, ketika Diaz masih berada di kamar mandi, Ella kembali duduk di beranda, yang kini penuh kaleng bir kosong dan punting rokok basah berserakan.”
“Siang itu Diaz pergi. Membawa semua yang ia punya, dan semua yang dekat di hatinya: harmonica Hohnernya, laptopnya, juga koleksi cd jazznya yang tak pernah Ella suka. Ella pun tahu ia tak pernah akan melihat Diaz di London lagi”
         Di dalam cerpen ini sebagian besar didominasi oleh wicara yang dinarasikan. Karena penulis disini bertindak sebagai orang ketiga yang serba tahu.
          Berdasarkan jenis pencerita, dalam cerpen ini adalah pencerita intern, yaitu pencerita hadir di dalam teks serta mengambil posisi sebagai tokoh atau sudut
2.      Kala
a.       Waktu dunia yang digambarkan
“Baru beberapa waktu belakangan inilah Ella mulai merasakan sesuatu yan lain bergejolak dalam hatinya.”
“Sudah lewat tengah malam ketika Ella menemukan Diaz merokok dalam gelap di studio kecil Ella.”
“Tetapi malam itu, untuk pertama kalinya, Ella merasakan sesuatu yang… lain.”
“Dan suatu hari, setelah hamper dua setengah tahun mereka bersama, tiba-tiba saja Diaz memutuskan untuk pulang ke Jakarta.”
“Dan saat ini, pada malam terakhir Diaz di London, mereka duduk-duduk memandangi hujan dan kamar yang nyaris kosong di beranda,”
“Pagi-pagi sekli, ketika Diaz masih berada di kamar mandi, Ella kembali duduk di beranda, yang kini penuh kaleng bir kosong dan punting rokok basah berserakan.”
“Siang itu Diaz pergi. Membawa semua yang ia punya dan semua yang dekat di hatinya: harmonica Hohnernya, laptopnya, juga koleksi cd jazznya yang tak pernah Ella suka.”
3.      Sudut Pandang
         Di dalam cerpen yang tertinggal ini sudut pandang pencerita adalah orang ketiga yang serba tahu.

III.             SIMPULAN
       Cerpen yang tertinggal karya Hanny kusumawati ini merupakan kisah realita pasangan remaja dimana salah satu diantara mereka mencintai tanpa diketahui remaja satunya. Penggambaran cerita yang menggunakn bahasasehari-hari membuat cerita ini mudah dianalisis secara segi alur dan penceritaan.
I.                   TEORI PSIKOANALISIS
          Psikoanalisis dalam sastra memiliki empat kemungkinan pengertian. Pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai tipe atau pribadi. Kedua adalah sebagai studi proses kreatif. Ketiga adalah studi tipe dan hukum-hukum psikologi diterapkan pada karya sastra. Dan keempat adalah mempelajari dampak sastra terhadap pembaca.
            Dalam karya sastra, psikoanalisis dapat mengklasifikasikan pengarang berdasar tipe psikologi dan fisiologisnya. Selain itu dapat pula menguraikan kelainan bahkan alam bawah sadarnya.selain itu, psikoanalisis dapat digunakan untuk menilai karya sastra karena psikologi dapat menjelaskan proses kreatif.
          Dalam kajian psikoanalisis, kepribadian manusia yang dianalisis dibagi menjadi tiga, yaitu id, ego, dan super ego. Ketiga system ini saling berkaitan sehingga merupakan sebuah kesatuan yang tidak bias dipisahkan. Id (das es) adalah system kepribadian manusia yang paling dasar. Id merupakan acuan penting yang digunakan untuk memahami sastrawan / seniman dalam proses penciptaan karya sastra. Melalui id pula, sastrawan bias menciptakan symbol-simbol tertentu dalam karyanya. Ego (das ich) adalah system kepribadian yang bertindak sebagai pengaruh individu kepada dunia objek daari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Dan terakhir super ego (das ueber ich) adalah system kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang bersifat evaluative.
II.                ANALISIS PSIKOANALISIS
  1. Sinopsis
             Diceritakan dua pasang manusia yang menjalin hubungan yang sangat special. Ella dan Diaz, dua manusia berlainan jenis yang sama-sama kesepian yang butuh teman dan mencoba saling melengkapi selama dua setengah tahun. Kontak fisik yang terjadi diantara mereka ternyata mampu mengesampingkan aturan keharusan adanya sebuah status dalam sebuah hubungan seperti yang mereka lakukan. Namun Ella menyukainya meski megetahui hubungan seperti itu tidak akan bertahan lama. Dan memang hubungan itu pun akhirnya harus berakhir. Berakhir ketika bunga-bunga cemburu tumbuh dari benih-benih cinta yang dipupuk hubungan badan diantara Ella dan Diaz. Diaz harus kembali ke Jakarta karena sebuah urusan yang tak bias dijelaskan. Ella yang mencoba mengungkapkan perasaannya menjelang keprgian Diaz, akhirnya mengurungkan niatnya setelah perkenalannya dengan Jingga. Seseorang dari masa lalu Diaz.
2.      Aspek Bawah Sadar Tokoh Ella

-          Secara Fisiologis : wanita muda
Dilihat dari penceritaan di cerpen ini bahwa Ella tidak terikat hubungan pernikahan. Juga karena Diaz merupakan lelaki muda, maka disimpulkan bahwa Ella pu wanita muda.
-          Secara psikologis : feminim, sedikit nakal, dan baik.
Dilihat dari penceritaannya Ella yang suka berbelanja. Lalu ada kutipan yang menjelaskan bahwa Ella wanita yang sedikit nakal “…duduk-duduk disana seraya merokok dan menyesap kaleng demi kaleng bir”.
-          Secara Sosiologis : teman kencan Diaz.
Di cerpen ini diceritakan bahwa Ella berhubungan dengan Diaz tanpa status sehingga disimpukan bahwa Ella hanyalah teman kencan Diaz.
1.      ID
          Id merupakan struktur kepribadian paling primitif dan berhubungan dengan prinsip mencari kesenangan. Ini dapat kita lihat pada fase kanak-kanak seseorang. Id banyak berhubungan dengan nafsu semena-mena yang tidak sanggup membedakan realitas dan khayalan.

ID disini adalah keinginan Ella untuk menjadi bagian yang hilang dari Diaz.
Kutipannya : “Dan tepat pada saat itulah Ella menyadari mungkin ia telah terlanjur jatuh cinta kepada Diaz. Bahwa ternyata ia telah begitu ingin menjadi sesuatu yang hilang dari hidup lelaki itu. Bersama Ella, Diaz akan merasa lengkap. Utuh. Bukan hanya separuh”

2.      Ego
          Ego merupakan kelanjutan upaya mencari kesenangan, tetapi sudah dirangkai dengan keharusan tunduk pada realitas dan tak bisa semena-mena lagi. Fase ini dapat dilihat ketika seorang anak mulai mengenal berbagai aturan sosial dan terpaksa mengekang nafsu pemuasan dirinya yang bersifat semena-mena. Ego juga merupakan rasa sadar akan diri sendiri atau konsepsi individu tentang dirinya sendiri.

Ego disini adalah perkenalan Ella dengan Jingga. Seseorang dari masa lalu Diaz yang membuat Ella mengurungkan niat untuk menyatakan cinta kepada Diaz.
Kutipannya : “Tetapi jika belahan jiwa benar-benar ada, ternyata belahan jiwa Diaz bukanlah Ella. Karena sebulan setelah itu, Ella menemukan jingga”
3.      Super Ego
           Superego merupakan perwakilan dari berbagai nilai dan norma yang ada dalam masyarakat tempat individu itu hidup. Berbeda dengan ego yang berpegang pada prinsip realitas, superego yang memungkinkan manusia memiliki pengendalian diri selalu akan menuntut kesempurnaan manusia dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Tahapan ini seiring dengan kedewasaan seorang individu.

Super Ego disini adalah Ella yang pada akhirnya tidak berhasil untuk mengungkapkan cinta dan menjadi bagian yang hilang bagi Diaz.
Kutipannya : “Ella tahu, perpisahan ini akan terjadi juga, cepat atau lambat. Ia juga tahu Diaz tak pernah mencintainya. Tetapi tetap saj, semua ini terasa terlalu menyedihkan untuknya.
Mungkin aku hanya sduah terlalu terbiasa dengan keberadaannya di sekitarku, begitu yang diucapkan Diaz semalam.
Ella merasakan sengatan perih di matanya. Ia sudah tak lagi terbiasa sendirian.
Siang itu Diaz pergi. Membawa semua yang ia punya, dan semua yang dekat di hatinya: harmonica Hohnernya, laptopnya, juga koleksi CD jazznya yang tak pernah Ella suka. Ella pun tahu ia tak akan pernah melihat Diaz di London lagi.”

III.             SIMPULAN
          Setelah dianalisis dengan psikoanalisis. Dapat dilihat bahwa terjadi perubahan sifat atau prilaku dari Ella. Yang semula mempunyai tekad untuk menjadi belahan jiwa Diaz, namun kemudian berubah mengurungkan niatnya karena perkenalannya dengan Jingga. Seseorang dari masa lalu Diaz yang sepertinya sangat penting bagi Diaz.

No comments:

Post a Comment