Sunday, June 16, 2013

Makalah semantik - penyebab perubahan makna

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

   Sejalan dengan berkembangnya zaman, bahasa pun ikut berkembang dan mengalami pergeseran-pergeseran makna.Pergeseran makna bahasa memang tidak dapat dihindari, karena hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam pembicaraan terdahulu sudah disebutkan bahwa makna sebuah kata secara sinkronis tidak akan berubah. Pernyataan ini menyiratkan juga pengertian bahwa kalau secara sinkronis makna sebuah kata tidak akan berubah maka makna kata secara diakronis ada kemungkinan bisa berubah. Jadi, sebuah kata yang pada suatu waktu dulu bermakna ‘A’, misalnya, maka pada waktu sekarang bisa bermakna ‘B’, dan pada suatu waktu kelak mungkin bermakna ‘C’ atau bermakna ‘D’. Sebagai contoh dahulu kata Bapak dan Ibu hanya dipakai dalam hubungan biologis, sekarang semua orang yang lebih tua disebut Bapak atau Ibu.

Atas dasar itu, tidak mengherankan muncul berbagai kata yang memiliki banyak makna baru. Meski demikian makna yang melekat terlebih dahulu tidak serta-merta hilang begitu saja. Perubahan makna suatu kata yang terjadi, terkadang hampir tidak disadari oleh pengguna bahasa itu sendiri. Untuk itu perlu bagi kita sebagai calon guru Bahasa Indonesia untuk mengetahui dan memahami ilmu kebahasaan secara utuh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan perubahan makna?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan makna?
3. Apa saja yang termasuk jenis perubahan makna ?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui hakikat perubahan makna.
2. Mengetahui faktor yangmempengaruhi perubahan makna
3. Mengetahui berbagai jenis yang termasuk dalam perubahan makna.

D. Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini antara lain:

1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca.
2. Memahami tentang perubahan makna kata .
3. Memotivasi guru atau calon pendidik terutama jurusan Bahasa Indonesia untuk lebih memahami perkembangan bahasa.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Perubahan Makna

     Dalam perubahan makna selalu ada hubungan (asosiasi) antara makna lama dan makna baru, tidak peduli apapun yang menyebabkan perubahan itu terjadi. Dalam beberapa hal, asosiasi bisa begitu kuat untuk mengubah makna dengan sendirinya, sebagian lagi asosiasi itu hanyalah suatu wahana untuk suatu perubahan yang ditentukan oleh sebab-sebab lain tetapi bagaimanapun suatu jenis asosiasi akan selalu mengalami proses. Dalam pengertian ini asosiasi dapat dianggap sebagai suatu syarat mutlak bagi perubahan makna ( Stephen, 2007 : 263-264 )

Dalam sejarah ilmu semantik, teori asosiasi muncul dalam dua bentuk. Beberapa dari ahli semantik awal mengakui suatu asosiasinisme yang sederhana, mereka mencoba menjelaskan perubahan makna sebagai hasil asosiasi antara kata-kata yang diisolasikan (berdiri sendiri). Pada beberapa dekade terakhir suatu pandangan yang lebih maju berdasarkan prinsip-prinsip struktural telah meluas, perhatian telah berubah dari kata-kata tunggal menjadi satuan-satuan yang lebih luas yaitu yang disebut “medan asosiatif” yang mencakupi kata-kata tersebut.

B. Penyebab Perubahan Makna

Chaer (1990: 136-145) menjelaskan bahwa faktor-faktor penyebab perubahan makna antara lain disebabkan oleh perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi, perkembangan sosial dan budaya, perbedaan bidang pemakaian, adanya asosiasi, pertukaran tanggapan indera, perbedaan, tanggapan, adanya penyingkatan, dan pengembangan istilah.

1) Perkembangan dalam Bidang Imu dan Teknologi

   Perubahan makna sebuah kata dapat disebabkan oleh perkembangan bidang ilmu dan kemajuan teknologi. Sebuah kata yang asalnya mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana tetap digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan baru atau atau teori baru dalam suatu bidang keilmuan, kata ‘sastra’ yang pada awalnya bermakna tulisan atau buku yang baik isi dan bahasanya berubah makna menjadi karya yang bersifat imajinatif kreatif.

2) Perkembangan Sosial dan Budaya

    Perubahan makna dapat pula disebabkan oleh perkembangan sosial kemasyarakatan. Dalam hal ini hampir sama dengan apa yang terjadi sebagai akibat dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Sebuah kata yang mulanya bermakna A lalu berubah menjadi bermakna B dan C. Jadi, bentuk katanya tetap sama, tetapi makna yang dikandungnya sudah berubah.

3) Perbedaan Bidang Pemakaian

    Setiap kehidupan atau kegiatan memiliki kosakata tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu dalam bidang tersebut. misalnya, dalam bidang pertanian dikenal kata-kata benih, menuai, panen, menggarap, membajak,

Kata-kata yang menjadi kosakata dalam bidang-bidang tertentu itu dalam kehidupan dan pemakaian sehari-hari dapat diambil dari bidangnya dan digunakan di bidang lain atau menjadi kosakata umum. Oleh karena itu, kata-kata tersebut menjadi makna baru atau makna lain di samping makna asalnya.

4) Adanya Asosiasi

Perubahan makma dapat terjadi karena adanya persamaam sofat. Makna baru yang muncul berkaitan dengan hal atau peristiwa yang berkenaan dengan kata tersebut.

5) Pertukaran Tanggapan Indera

   Sebenarnya alat indera sudah mempunyai tugas masing-masing untuk menangkap gejala-gejalayang terjadi di dunia ini.

6) Perbedaan Tanggap

   Setiap unsur leksikal atau kata sebenernya sebenarnya secara lebih sinkronis telah mempunyai unsur leksikal yang tetap. Namun, karena pandangan hidup dan ukuran norma kehidupan di masyarakat, banyak kata yang memiliki nilai rasa rendah atau kurang menyenangkan disebut istilah peyoratif sedangkankata-kata yang memiliki nila rasa yang tinggi atau yang mengenakkan disebut dengan istilah ameliorasi.

7) Adanya Penyingkitan

     Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata atau ungkapan yang karena sering digunakan maka kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan secara keseluruhan orang sudah mengerti maksudnya. Oleh karena itu kemudian banyak orang menggunakan singkatannya saja daripada menggunakan bentukya secara utuh. Sebagai contoh ada yang berkata “ ayahnya meninggal” tentu maksudnya meninggal dunia tapi hanya disebutkan meninggal saja. Hal ini terjadi pula pada kata berpulang yang maksudnya berpulang ke rahmatullah, ke perpus yang maksudnya ke perpustakaan, ke lab yang maksudnya ke laboratarium dan sebagainya. Kalau disimak sebenarnya dalam kasus penyingkatan kata ini bukanlah peristiwa perubahan makna yang terjadi sebab makna atau konsep itu tetap. Yang terjadi adalah perubahan bentuk kata. Kata yang semula berbentuk utuh disingkat menjadi bentuk yang lebih pendek.

8) Proses Gramatikal

   Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi akan menyebabkan pula terjadinya perubahan makna. Tetapi dalam hal ini yang terjadi sebenarnya bukan perubahan makna sebab bentuk kata itu sudah berubah sebagai hasil proses gramatikal dan proses tersebut telah melahirkan makna-makna gramatikal.

9) Pengembangan Istilah

    Salah satu upaya dalam pengembangan atau pembentukan istilah baru adalah dengan memanfaatkan kosa ata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan member makna baru baik dengan menyempitkan, meluaskan maupun memberi makna baru. Seperti pada kata papan yang semula bermakna lempengan kayu tipis kini diangkat menjadi istilah untuk makna perumahan, kata teras yang semula bermakna inti atau saripati kayu sekarang memiliki makna yang baru yaitu utama atau pimpinan.

C. Jenis Perubahan Makna

Dalam bagian ini akan diuraikan beberapa jenis perubahan makna yang terjadi dalam bahasa Indonesia. Berikut pemaparannya :

1. Perubahan Meluas

    Yang dimaksud perubahan yang meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna yang lain. Makna-makna lain yang terjadi sebagai hasil perluasan makna itu masih berada dalam lingkup poliseminya, artinya masih ada hubungan dengan makna asalnya.

Contoh kata berlayar dulu bermakna mengarungi lautan dengan kapal layar sekarang berganti menjadi pergi kelaut dengan berbagai macam kapal (Darmawati, 2008). Begitu pula dengan kata saudara yang dahulu hanya mempunyai satu makna yaitu seperut atau sekandungan sekarang berkembang maknanya menjadi siapa saja yang sepertalian darah. Bahkan semua orang yang sama derajatnya disebut saudara. Demikian pula halnya dengan kata putera-puteridahulu hanya dipakai untuk anak-anak raja, sekarang semua ana laki-laki dan wanita disebut putera dan puteri.

Contoh lain, kata baju pada mulanya hanya bermakna pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu seperti pada frasa baju batik, baju sapari, baju lengan pendek. Akan tetapi, pada kalimat “Murid-murid memakai baju seragam,” kata baju maknanya menjadi luas sebab dapat termasuk celana, baju, topi, dasi, dan sepatu. Kata ikan pada mulanya bermakna lauk-pauk, sekarang maknanya lebih luas lagi, yaitu bermakna kawan nasi, tida terbatas pada ikan saja. Kata mencetak pada mulanya hanya digunakan pada bidang penerbitan buku, majalah, atau koran, sekarang maknanya berubah menjadi membuat, menghasilkan, memperoleh, mencari, atau mengumpulkan.

Berikut contoh dalam kalimat:

(1) Persib tidak berhasil mencetak satu gol pun.
(2) Pemerintah akan mencetak rumah-rumah baru.
(3) Kabarnya dokter dapat mencetak uang dengan cepat.

2. Perubahan Menyempit

     Perubahan menyempit merupakan suatu gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas namun kemudian berubah menjadi terbatas hanya memiliki sebuah makna saja (Chaer, 1990: 147). Dengan kata lain, cakupan makna yang dulu lebih luas daripada makna sekarang. Kata sarjana yang pada mulanya berarti orang pandai atau cendekiawan dan sekarang kata itu hanya memiliki sebuah makna saja yaitu orang yang lulus dari perguruan tinggi. Sehingga sepandai apapun seseorang sebagai hasil dari belajar sendiri, kalau bukan tamatan perguruan tinggi maka tidak bisa disebut sebagai sarjana. Sebaliknya serendah berapapun indeks prestasi seseorang kalau dia sudah lulus dari perguruan tinggi dia akan disebut sebagai sarjana.

Contoh lain, kata ahli pada mulanya berarti ‘orang yang termasuk dalam suatu golongan atau keluarga’ seperti dalam frase ahli waris yang berarti ‘orang yang termasuk dalam satu kehidupan keluarga’, dan juga ahli kubur yang berarti ’orang-orang yang sudah dikubur’. Kini kata ahli sudah menyempit maknanya Karena hanya berarti ‘orang yang pandai dalam satu cabang ilmu atau kepandaian seperti tampak dalam frase ahli sejarah, ahli purbakala, ahli bedah, dan sebagainya.

Selain itu, kata pembantu dulu dipakai untuk semua orang yang memberi bantuan, sekarang hanya digunakan untuk pembanturumah tangga. Kata pendeta dulu dipakai untuk menyebut semua orang yang berilmu, sekarang dipakai untuk menyebut guru agama Kristen.

3. Perubahan Total

    Yang dimaksud perubahan total yaitu suatu makna sebuah kata yang berubah total atau berubah sama sekali dari makna asalnya. Memang ada kemungkinan makna yang dimiliki sekarang masih ada sangkut pautnya dengan makna asal tapi keterkaitannya tampak sudah jauh sekali. Misalnya, kata ceramah pada mulanya berarti ‘cerewe’ atau banyak cakap, tetapi sekarang berarti ‘pidato’ atau ‘uraian engena suatu hal yang disampaikan di depan orang banyak’. Kata seni yang mulanya bermakna air seni atau kencing. Namun sekarang kata seni digunakan sebagai istilah untuk mengartikan karya atau ciptaan yang bernilai halus, misalnya digunakan dalam frasa seni lukis, seni tari, dan seni suara. Orangnya disebut seniman kalau laki-laki dan seniwati apabila perempuan.

Contoh lain terdapat pada kata pena yang dulu berarti ‘bulu’, tapi sekarang maknanya berubah total karena pena berarti ‘alat tulis yang menggunakan tinta’. Memang sejarahnya ada, yaitu dulu orang menulis dengan tinta menggunakan bulu ayam atau bulu angsa sebagai alatya; sedangkan bulu ini di dalam bahasa Sansekerta disebut pena. Kata canggih dengan makna seperti yang digunakan sekarang ini merupakan contoh lain dari kata-kata yang maknanya telah berubah total. Dalam kamus Poerwadarminta, kamus Sutan Mohamad Zain, dan kamus Pusat Bahasa (terbit 1983) kata canggih adalah bermakna ‘banyak cakap, bawel, cerewet’. Tidak ada makna seperti yang didapati dalam frasa peralatan canggih, teknologi canggih, dan mesin-mesin canggih. Tetapi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata canggih sudah memuat makna seperti pada frasa tersebut di atas.

4. Penghalusan (ufemia)

     Penghalusan dalam perubahan makna ini maksudnya adalah suatu gejala ditampilkannya kata-kata atau bentuk-bentuk yang dianggap memiliki makna yang lebih halus atau lebih sopan daripada yang akan digantikan. Kecenderungan untuk menghaluskan makna kata tampaknya merupakan gejala umum dalam masyarakat bahasa Indonesia. Misalnya,frasa pembantu rumah tangga menggantikankata babu. Kata penjaraatau bui diganti dengan kata atau ungkapan yang maknanya dianggap lebih halus, yaitulembaga pemasyarakatan. Kata pemecatan diganti dengan katapemutusan hubungan kerja. Kata pengangguran diganti dengan tunakarya. Kata buta diganti dengan tunanetra. Kata gelandangan diganti dengan kata tunawisma.
Dalam bahasa Indonesia penghalusan makna ini sebenarnya bukan hal baru. Karena kepercayaan atau sebab-sebab lain, orang-orang zaman dulu akan mengganti kata buaya atau harimau dengan kata nenek; kata ular diganti dengan kata akar atau oyod; kata tikus diganti dengan kata den bagus.


5. Pengasaran (disfemia)

   Kebalikan dari penghalusan adalah pengasaran (disfemia), yaitu usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Usaha atau gejala pengasaran ini biasanya dilakukan oleh orang dalam situasi yang tidak ramah atau menunjukkan kejengkelan. Seperti pada kata menjebloskan untuk menggantikan kata memasukkan, kata mendepak untuk menggantikan kata mengeluarkan.

Contoh lain kata atau ungkapan masuk kotak dipakai untuk mengganti kata kalah seperti dalam kalimat Liem Swie King sudah masuk kotak; kata mencaplok dipakai untuk mengganti mengambil dengan begitu saja seperti dalam kalimat Dengan enaknya Israel mencaplok wilayah Palestina, dan kata mendepak dipakai untuk mengganti kata mengeluarkan seperti dalam kalimat Dia berhasil mendepak bapak A dari kedudukannya. Begitu juga dengan kata menjebloskan yang dipakai untuk menggantikan kata memasukan seperti dalam kalimat polisi menjebloskannya ke dalam sel.

6. Amelioratif

    Yang dimaksud perubahan makna amelioratif adalah suatu proses perubahan makna yang pada mulanya memiliki makna lebih rendah daripada makna sekarang. Dengan kata lain, makna baru lebih tinggi atau lebih baik daripada makna dahulu. Misalnya, kata wanita, sekarang maknanya dirasakan lebih tinggi daripada kata perempuan. Kata isteri dan nyonya, maknanya dirasakan lebih tinggi daripada kata bini. Kata suamimaknanya lebih tinggi daripada kata laki.

Contoh lain, kata gambaran yang semula hanya mengandung makna ‘hasil kegiatan menggambar’ dengan maksud kata abstraksi, kata gambaran akhirnya dapat mengandung pengertian ‘pembayangan secara imajinatif’. Kata Anda lebih baik daripada kata kau. Kata tunanetra lebih baik daripada kata buta. Kata narapidanalebih baik daripada kata orang hukuman. Kata hamil lebih baik daripada kata bunting. Kata pembantu lebih baik daripada kata jongos atau babu. Kata melahirkan lebih baik daripada kata beranak. Kata tunasusila lebih baik daripada kata pelacur. Kata tunarungu lebih baik daripada kata tuli.

7. Peyoratif

      Peyoratif adalah perubahan makna yang mengakibatkan sebuah kata atau ungkapan menggambarkan sesuatu yang kurang baik, kurang enak, kurang menyenangkan, atau kurang bermutu dibandingkan dengan makna semula (dulu). Dalam peyoratif, makna baru dirasakan lebih rendah nilainya daripada makna yang lama. Misalnya, kata tuli mengalami peyorasi karena dulu tidak dirasakan mengandung makna yang jelek. Sekarang maknanya dirasa kurang baik, kurang sopan, dan terasa kasar. Ungkapan kaki tangan dulu dipakai dalam arti yang baik, yaitu ‘pembantu’. Sekarang kaki tangan dipakai dalam arti yang kurang baik, yaitu ‘pembantu dalam kejahatan atau pembantu pihak yang tidak disukai’ seperti tampak dalam kaki tangan musuh, kaki tangan imperalis. Kata bini yang mulanya dianggap lebih baik yang berarti ‘perempuan’ kemudian berarti ‘perempuan yang telah menikah’ sekarang dirasakan kurang hormat. Ungkapan laki-bini dulu setingkat dengan suami-isteri, sekarang dalam hubungan yang baik umpamanya dalam surat undangan tidak pernah dipakai laki-bini, tetapisuami-isteri. Kata ngamar semula mengandung makna ‘berada di kamar’, tetapi akhirnya mengandung pengertian negatid sehingga pemakaiannya pun berusaha dihindari.

8. Asosiasi

   Asosiasi adalah perubahan makna yang terjadi katena adanya persamaan sifat sehingga suatu kata atau istilah dapat dipakai untuk pengertian yang lain. Misalnya, kata lintah darat dipakai untuk menyebut orang yang mepunya sifat sepeeti lintah, yaitu yang menghisap harta benda orang lain. Kata biang keladi dipakai untuk menyebut orang yang menjadi penyebab atau pemimpin suatu perbuatan jahat. Kata benalu digunakan untuk orang yang mempunyai sifat seperti benalu, yaitu yang selalu ikut menumpang pada keluarga yang lain secara cuma-cuma. Agar lebih jelas makna kata-kata tersebut, berikut pemakaiannya pada kalimat:
(a) Orang yang tinggi besar itu menjadi lintah darat di kampungnya.
(b) Siapa yang menjadi biang keladi dalam keributan ini?
(c) Apa kerja benalu itu di sini?

9. Sinestesia

    Sinsestesia berasal dari bahasa Yunani, sun artinya ‘sama dan aisthetikas artinya ‘nampak’. Jadi sinsestesia adalah perubahan makna akibat adanya kecenderungan untuk mengubah tanggapan dengan tujuan untuk menegaskan maksud. Dengan kata lain sinestesia adalah pertukaran tanggapan antara indera yang satu dengan indera yang lain. Misalnya, rasa pedas yang seharusnya ditanggap dengan alat indera perasa pada lidah tertukar menjadi ditanggap oleh alat indera pendengaran seperti tampak dalam ujaran kata-katanya cukup pedas.

Berikut contoh lain:

(a) Warnanya enak dipandang.
(b) Suaranya sedap didengar.
(c) Mukanya manis sekali.
(d) Senyumnya sangat masam.
(e) Kedengarannya memang nikmat.
(f) Pandangannya sangat tajam.
(g) Wajahnya dingin sekali.
(h) Hatimu jelek benar.
(i) Kata-katanya pedih sekali.
(j) Ceritamu menggelikan.
(k) Nama guru kami harum benar.

1 comment:

  1. GAK ISOH DI COPY PASTE BOS,, DIHAPUS AE NEK NIAT GAK BERBAGI

    ReplyDelete