Semuanya
berawal dari taman ini. Taman, pagi hari. ketika sang permaisuri
berduri menari mengiringi belai halus sang angin. Ketika mentari
menyambut para penghuni dari belenggu mimpi. Aku... duduk membisu di
kursi taman, menikmati kemegahan istana kami yang diberikan allah. Dua
jam aku membeku dibuatnya.
“iya boleh” jawabku.
Sesaat
perhatianku teralihkan oleh rupa sang penerima kecantikan. Wanita
dengan kulit putih kecoklatan dengan tahi lalat menghiasi mukanya, lebih
indah dengan pipi cabi dan rambut sedikit ikal terurai hingga sedikit
dibawah bahu. Senyum manis menoleh ke arahku ketika ku perhatikan
tubuhnya yang agak gendut.
“kenapa bengong?” tanyanya
“ah engga” jawabku sambil memalingkan pandangan.
“oh ya kenalin namaku Anggita” mengenalkan dirinya.
“oh i-iya namaku Tri” jawabku sedikit gugup.
“oh Tri, ngapain kamu disini?” tanyanya kembali.
“menikmati pertunjukan” jawabku singkat.
“pertunjukkan apa?” tanyanya keheranan.
“semua
ini, kicau burung, sinar mentari, tarian pepohonan, hembusan angin.
Semua ini pertunjukkan alam untuk kita” jawabku sambil tersenyum.
“sama
doong, aku jugaaa. Liat disana, kupu-kupu meneguk sari bunga” sembari
menunjuk ke arah kumpulan bunga mawar dengan beberapa kupu-kupu berterbangan di atasnya.
“iyaya, lihat juga disana. Burung-burung menari-nari di dahan pohon” sambutku dengan semangat.
“ih
iyaya, lucu banget kayaknya yang di kanan cowonya yang dikiri cewenya.
Liat romantis banget si cewenya ngelus-ngelusin kepalanya ke leher
cowonya” timbalnya kembali.
“iyaya, kelihatan sangat bahagia” jawabku dengan bahagia.
“baru pertama aku ketemu cowok kayak kamu” bisiknya sembari tersenyum manis
“maksudnya kayak aku?” tanyaku dengan keheranan.
“iyaa
biasanya kalo aku ketemu cowok, pasti yang mereka menganggap hal
seperti ini ga penting, biasa aja. Mereka akan lebih terhibur kalo
menonton bioskop atau pertunjukan musik” jelasnya sembari memandangku
dengan senyuman.
“ah aku juga suka musik kok” jawabku dengan tersipu.
“iya tapi kamu beda” ucapnya, terlihat pipinya memerah.
“haha bisa aja dasar” jawabku semakin tidak karuan.
“oh ya, no kamu berapa? Aku harap kita bisa ketemu lagi” pintanya seperti memberi suatu harapan.
“083820908955, iya semoga kita bisa ketemu lagi” jawabku dengan sangat berharap.
“yaudah ya, udah siang aku harus pulang daaah” pamitnya.
Tak
berucap aku hanya melambaikan tangan. Semenjak saat itu kami sering
berkirim pesan. Sesekali menelfon bahkan bertemu hanya untuk sekedar
menikmati keindahan panggung kehidupan. Dari bicaranya sepertinya dia
adalah orang sangat suka bercerita, segalanya dia ceritakan dari
dirinya, keluarganya hingga mantan dan pacarnya. Ya pacarnya, dia telah
dimiliki orang lain. Jujur aku mulai merasakan hal yang berbeda ketika
bersamanya, dunia yang begitu besar teralihkan hanya oleh senyuman dan
ocehannya. Terlintas untuk memilikinya atau hanya sekedar untuk
mengungkapkan cinta. Namun keberanianku hilang, aku tak mau jika aku
jujur akan perasaanku kebersamaan kami tak akan bisa seperti dahulu,
karna tidak mungkin dia meninggalkannya untukku. Semakin lama aku
bersamanya semakin aku mengenal dia dan keluarganya, dia adalah gadis
padang. Ibu dan ayahnya adalah seorang guru, dia memiliki dua kakak
laki-laki yang sangat perhatian padanya. Berasal dari keluarga yang
harmonis, membuatnya menjadi gadis periang. Meski kini tinggal jauh dari
minang, tapi dia tetap ceria. Ya kini dia di bandung, menyelesaikan
pendidikaan bahasa indonesianya disini. Satu hal yang aku suka dari dia,
meskipun aku hanya seorang bartender yang pendidikannya tak lebih dari
d1, dia tidak menganggapku rendah atau menjauhiku karna kehidupannku
yang berkutat di dunia malam, dengan minuman dan wanita-wanita malam.
Pernah
suatu ketika ketika dia berkunjung ke klub malam tempatku bekerja
bersama teman-temannya, ketika itu aku sedang menyiapkan minuman untuk
seorang pelanggan wanita yang mabuk, wanita itu tiba-tiba memgang
tanganku dengan erat dan mencoba menciumku. Aku tidak berbuat apa-apa
hanya mencoba untuk menghindar sebisanya, karna jika aku membuat
pelanggan tidak nyaman akan dipecat. Memang sebuah kerugian bagi pegawai
yang tidak bisa berbuat apa-apa bila ada pelanggan bejat. Saat itu
dialah yang menolongku, menampar wanita itu dan mendorong wanita mabuk
itu. Hal yang berbeda dari wanita lain yang mungkin malah akan marah dan
mengumpatku karna aku hanya diam saja.
Kami
menjalani hubungan yang aneh selama hampir tiga bulan, teman sebagai
kekasih, dan kekasih sebagai teman. hingga akhirnya suatu hari dia
menghilang begitu saja, kami sudah tak bertemu, bahkan untuk sekedar
berkirim pesanpun tidak. Bahkan no.nyapun sudah tak aktif. Jejaring
sosial pun ia blokir. Setahun aku hidup dalam kebimbangan. Mengingatnya
untuk bersedih, mengenangnya untuk meringis dan merindunya untuk
menangis.
Taman,
pagi hari. ketika sang permaisuri berduri menari mengiringi belai halus
sang angin. Ketika mentari menyambut para penghuni dari belenggu mimpi.
Aku... duduk membisu di kursi taman, menikmati kemegahan istana kami
yang diberikan allah. Dua jam aku membeku dibuatnya.
“hai lagi apa?” suara seorang wanita mebangunkanku dari duniaku.
“Lagi menikmati dunia” jawabku.
Dia,
kembali. Wanita itu datang. Berbeda, berkerudung putih, dengan tubuh
mengurus, melepas rindu mengingat masa lalu hingga sampai pada
pertanyaan itu.
“kamu kemana aja setahun ini?” tanyaku.
“ada kok, aku selalu mengawasimu” jawabnya dengan senyum.
“bohong, aku ga pernah melihatmu” sahutku dengan agak marah.
“tapi aku selalu melihatmu” jawabnya dengan senyum kembali.
“kamu kenapa? Aneh banget sih nyebelin” dengan marah aku menjawabnya.
“aku mencintaimu, selalu mencintaimu, aku akan menunggumu disana, di keabadian allah” jawabnya.
“de de bangun, mau hujan” seorang pria tua penjaga taman membangunkanku.
“eh iyaya pak” aku menjawab dengan sedikit bingung.
Akhirnya aku sadar ternyata semua itu hanya mimpiku. Seminggu setelah kejadian itu aku menerima surat dari anggita.
“tri,
gimana kabar kamu? Baik-baik aja kan? Aku kangen sama kamu. Tapi aku
gak bisa ketemu sama kamu, mungkin gak disini, tapi nanti di surga. Maaf
ya aku pergi gitu aja tanpa ngasih tahu kamu. Sebenarnya aku mau jujur,
sebenarnya aku terkena leukimia, dan semenjak setahun lalu penyakit itu
semakin ganas menyerangku. Aku gak mau kamu tahu, karna itu cuman
membuat kau iba padaku. Aku gak mau kamu mengasihani aku, aku mau kau
menyayangi aku. aku sayang kamu, aku sayang kamu, aku sayang kamu tri.
Jika kau menerima surat ini, berarti aku sudah berada disisi allah.
Jangan kau tangisi kepergianku, aku pergi bukan meninggalkanmu, tapi aku
pergi untuk mengawasimu dari sana. Semoga di sana kita bisa bersama.
Aku sayang kamu, dari wanitamu anggita”
Seperti
petir di siang bolong. Aku menangis, betapa tidak. Wanita yang kucintai
ternyata menyembunyikan hal yang membuatnya dia pergi dariku. Sungguh
kesedihanku tak terbendung, dunia begitu tak berarti bagiku. Aku
berkali-kali mencoba untuk menyusulnya, namun senyumnya selalu
mencegahku seakan berkata “belum waktunya”. Sehari setiap bulan aku
selalu mengunjungi taman itu, seumur hidup hingga aku kini berusia 70
tahun. Hingga kini aku memiliki satu istri dua anak dan empat cucu. Aku
selalu mengenangmu gadis manisku.
No comments:
Post a Comment