Tuesday, June 14, 2016

Sebuah Perjalanan dan Pengungkapan

Setelah semalaman memiliki masalah dengan kematian sementara, aku bangkit dengan tubuh lemah. Jika bukan karena ingin menghabiskan waktu lebih dengan dia, aku lebih memilih terbaring di padang kematianku. Tidak seperti biasanya hari ini terasa begitu dingin, tajamnya udara seakan mengiris setiap lapisan kulit dan menusuk setiap gumpalan daging. Bahkan sejak jam 3 pagi aku sudah terbangun hanya untuk menghangatkan tubuh dengan meneguk segelas kehangatan.

         Selesai mandi aku merapikan pakaian ganti yang akan aku bawa.
“mah aa berangkat” ucapku sebelum berangkat kepada ibuku.
“iya, nginep ga ?” tanyanya padaku
“gatau kalau kemaleman nginep” jawabku berbohong, karena jika langsung bilang akan menginap pasti tidak diijinkan.
“iya hati-hati, jangan lupa solat” ucapnya kembali seraya mengingatkan.
         Akupun berangkat, memanaskan motor sebentar dan kemudian pergi ke kosan seseorang.
“aku udah dikosan” ucapku dalam sms.
“aku udah di kampus” jawabnya.
          euh dasar gendut. Ucapku dalam hati. Akupun langsung menuju kampus, mampir sebentar di alfamart. Membeli beberapa botol minum untuk diperjalanan. Tak lupa mengambil beberapa lembar biru untuk bekal nanti.
         Keluar dari atm tiba-tiba berhenti motor yang dikendari orang tua yang sudah tidak asing lagi atau bahkan sudah muak aku lihat muka tengilnya.
“mana barudak ?” tanya bryan.
“tuh” sambil melirik ke arah gerombolan orang-orang bodoh dan beberapa wanita. Beberapa pria diantaranya ada yang sedang guling-guling di trotoar, ada yang sedang sakau karena asap knalpot, ada juga yang sedang ngobrol dengan cacing. Mungkin saudara jauh.
         Tak lama datang seorang anak kecil dengan tampang sudah TIDAK muda berlari-lari kecil menggunakan sendal berlari keluar dari gerbang kampus mengarah ke kami yang sedang berkumpul.
“njir aya jelema jiga tuyul” teriak faisal fun.
“bego, eta tuyul nyamar jadi jelema” balas adam.
“geus-geus teu kudu debat, eta mah alien nyasab ” ucap ryan melerai.
“jir urang make sendal” ucap anak kecil tadi yang ternyata teman kami herlangga.
“maneh timana ?” tanya bryan.
“ti rumah psikopat” jawabnya.
“naha lain nginjem ka si dika ?” tanyanya kembali.
“oh heeh nya” pikirnya sejenak.
           Tiba-tiba suasana hening untuk beberapa menit.
“setan aya tai kuda bisa ngomong sisieun urang” teriakku kaget.
“iyeu urang bego” jawab herlangga sembari menangis mengeluarkan nanah.
“oh haha” jawabku dengan santai.
“nungguan saha deui ?” tanya ryan.
“kalem si bedil can datang” ucap faisal gendut.
          Tak lama kemudian datang seorang manusia langka dengan komposisi tubuh 70% kaki dan 30% badan menaiki motor honda beat. Terlihat kakinya tidak cukup untuk menekuk di motor sehingga dia mengendarai motor dengan gaya superman terbang. Beberapa warga yang melihatnya berteriak
“liat-liat ada tiang listrik naek motor” ucap seorang ibu kepada anaknya yang hanya melongo dengan mulut terbuka.
“ckck jaman ayeuna congcorang wae bisa naek motor nya” ucap seorang tukang baso malang yang mangkal di dekat gerbang kampus.
         Setelah semua berkumpul kamipun melakukan ritual yang seharusnya sebelum berpergian demi keselamatan. Yaitu berdoa dan berfoto-foto haha. Selesai dilakukan kamipun berangkat menuju bekasi, menengok teman kami yang sedang sakit.
         Akhirnya kami tiba di sebuah jalan panjang kematian, jalanannya lurus dengan aspal yang kekuningan karena tertutup debu pasir. Di sekeliling tidak tampak perumahan, sepertinya ini adalah daerah terpencil. Sesekali aku lihat pengendara motor yang mati kehausan dimakan oleh burung bangkai. Jalan apa ini. Ucapku dalam batin. Terlihat beberapa temankupun mulai kelelahan, herlangga yang kehausan karena uang untuk membeli minuman dibelikan pertamax oleh abah. Adam yang kelelahan karena membawa sekarung beras. Itu dini bego. Oh dini haha, suara entah darimana mengingatkanku. Lalu ada juga ryan yang berkeringat dingin karena membawa seorang “pengantin” di belakangnya, faisal fun. Ya isal memang seorang islam garis keras. Dia pernah menjual dirinya di salah satu situs internet untuk berjihad. Haha
        Akhirnya kami sampai di perkotaan, cuaca mendung seperti akan hujan, dan tak lama kemudian ternyata hujan turun. Aku yang kelelahan karena memang kurang enak badan, dan agak gemetar membawa seorang wanita manis dibelakangku. Eh haha.
        Beberapa kali aku kehilangan kekuatan hingga puncaknya ketika motor abah yang ada di depan mengerem mendadak aku menabraknya. Akupun sontak terkejut.
“kamu gapapa ?” tanyaku kepada anggita.
“gapapa” jawabnya.
“bener gapapa ?” tanyaku kembali memastikan.
“aduh maaf aku cape hehe” ucapku kembali.
“iya gapapa, mau gantian dulu.” Tanyanya kembali.
“gausah aku kuat kok.” Jawabku.
“serius” tanyanya.
“iyaa” jawabku kembali.
         Akhirnya kamipun sampai di tempat tujuan, yaitu rumah giv. ketika kami datang giv hanya terbaring lemas, seperti lumpuh. Ya giv memang sedang sakit tapi entah sakit apa. Yang jelas itu parah. kami mengobrol sedikit melepas kerinduan. Terlihat karung beras menangis, itu dini bego. Eh maaf din haha.
          Beberapa saat suasana hening, dan kemudian mulai berfoto-foto bersama giv haha. Setelah merepotkan keluarga giv kamipun akhirnya berpamitan untuk pulang. Sudah sore, kamipun tak lupa mendoakan giv untuk cepat sembuh dan tentunya berfoto-foto haha.
         Selepas maghrib kamipun sampai di rumah fahmi. Bermalam lalu keesokan paginya kamipun kembali ke bandung. Tidak lupa berdoa dan tentu saja berfoto-foto terlebih dahulu haha.
        Tidak seperti ketika berangkat melewati jalan kematian, pulangnya kami lewat jalur alternatif yang ternyata lebih cepat dari jalur kemarin. Sebelumnya kamipun mengisi bensin dahulu. Herlangga kembali menggerutu karena si abah kembali membeli pertamax untuk motor bubuknya yang kalau digerung-gerung terdengar getaran seperti setiap bodinya akan lepas dari tempatnya. Dengan wajah tengilnya abah cuman tersenyum mendengar komentar cucunya tersebut. Selesai bersiap terakhir kalinya kamipun melanjutkan perjalanan pulang. Di tengah perjalanan.
“git kamu tau ga ?” tanyaku.
“tau apa ?” jawabnya kebingungan.
“kalo aku suka sama kamu” jawabku.
“ha ? serius ? kenapa bisa suka sama aku ?” tanyanya seakan tidak percaya.
“ya gatau, pokoknya aku suka sama kamu. kalo sama kamu tuh aku bisa ngelupain siska” jawabku sejujur-jujurnya.
“ah masa, tapi bukannya kamu suka sama riska” tanyanya kembali.
“itu dulu, sekarang aku suka sama kamu” jawabku.
“emang sejak kapan kamu suka sama aku ?” tanyanya kembali.
“dari dulu sih, waktu pas awal-awal aku pura-pura saingan sama si mas buat dapetin kamu. puncaknya waktu kemarin pas aku bilang kalo aku janji bakalan ngelamar kamu yang kalo engga aku tepatin aku bakalan biayain selama tiga tahun biaya sekolah anak kamu nanti.” Jawabku.
“emang kamu serius ma aku ?” tanyanya.
“iyaaa” jawabku meyakinkan kalau aku sangat-sangat jujur.
           Mulai dari situ kamipun ngobrol nagler ngidul. Tidak peduli dengan jalanan aku hanya menyimak setiap apa yang dia katakan. Karena waktu seperti itu hanya sekali dalam seumur hidup aku bisa dapatkan. Waktu untuk lebih dekat dengan orang yang diam-diam aku suka. Selama ini kalau aku suka terhadap seseorang aku slalu blak-blakan bilang. Pernah satu waktu aku suka sama adik kelas, hari pertama kenalan malam harinya langsung aku nembak dan diterima. Begitu mudah untuk bilang suka terhadap seorang wanita bagiku, namun berbeda dengan gadis satu ini. Bibirku begitu kaku, lidahku kelu, badanku membatu hanya untuk sekedar mengucapkan “git aku suka kamu”. Lebih sulit lagi jika aku mengucapkan “git mau ga jadi penghias hariku dan buat aku bangga jadi seorang nugraha”. Ah pasti aku sudah terkena serangan jantung saat itu juga, atau keluar darah dari hidungku hingga aku pingsan dan kekurangan darah.
         Aku menikmati setiap detik waktuku bersamanya waktu itu, waktu yang hanya seperti sebutir pasir di tengah padang sahara.
        Sebelum pulang kami sempat menepi sebentar untuk beristirahat dan tentu saja berfoto-foto haha.
“sini aku bawain tasnya git” tawarku agar tasnya tak mengahalangi kalau-kalau dia mau memelukku. Haha
        Kemudian kamipun melanjutkan perjalanan, hampir dekat dengat sariwangi aku kehilangan jejak teman-teman bodohku. Akupun tersesat, namun aku sedikit bahagia. Meskipun hanya beberapa saat. Sampai di jalan sariwangi aku sedikit memelankan kendaraan. Sengaja agar aku bisa lebih-lebih lama bersama dia. Kurasakan kepalanya  menyandar di bahuku. Aku agak gemetar, jangan-jangan dia mau muntah. Atau dia itu sebenarnya vampir di film blade yang merayu mangsanya dan menggigitnya. Aaaah seram. Ucapku dalam hati.
“kamu cape ?” tanyaku.
“iya” jawabnya.
        Akhirnya kami sampai di kosannya, diapun turun. Aku memandangnya, terlihat manis ketika dia sedang kelelahan. Aku pikir inilah akhirnya, waktu singkat yang terindah dalam hidupku. Aku harap ada waktu lain seperti ini. Namun sepertinya tidak mungkin, akupun pulang ke rumah. Di rumahku terlihat beberapa orang bodoh menggerutu. Mencari-cari dimana aku, terlihat her yang kehausan sudah meminum air kencingnya sendiri, fahmi yang kelaparan memakan tangan kanan her. Bedil yang dianggap tiang listrik hanya berdiri mematung dengan beberapa kabel listrik melintas melewati kepalanya. Sedangkan abah bryan dengan wajah tengilnya menendang-nendang pantat riyan yang sedang poop di got. hahahaha

No comments:

Post a Comment