Tuesday, June 14, 2016

Rangkaian Cerita 2012

  “Jangan tinggalin aku ya....” itulah secarik permintaan yang selalu menjejali pikiranku. Permintaan yang tak bisa kutepati. Permintaan yang bahkan kau pun mungkin sudah melupakannya. Namun kini aku menggebu untuk mewujudkannya.


         Senin, 19 oktober 2009 aku mendapatkan jawabanmu. Jawaban yang aku tunggu selama tiga hari, jawaban yang mengganggu hingga merusak nilai geografiku. Sore itu sepulang sekolah aku pulang bersamamu, motorku aku minta temanku yang membawanya dan kuminta untuk menunggu di perempatan dekat sekolah.

“hei gimana jawabanya ?” tanyaku padanya.

“nanti aja yaa” jawabnya dengan senyum yang selalu hadir sejak pertama menatap wajahmu dan seakan menggodaku untuk menjamahnya.

“sekarang aja iih” pintaku dengan nada memaksa.

“nanti aja yaaa” jawabnya bersikeras.

“sekarang ajaa, aku udah nunggu tiga hari iiih.” Kini aku mulai memelas.

“nanti aja atuuh”

“sekarang ajaa, tinggal jawab iya atau engga. Engga juga gapapa kok”

“iiih nanti dulu”

“ya cepet atuuuh”

“nanti aja yaaa”

“sekarang iiih, kalo emang ga suka yaudah bilang aja engga. Aku gapapa kok”

“iiih ntar dulu”

.................................................................................................................

“jawab atuuuh”

“nanti aja ya di sms”

“sekarang ajaa”

.................................................................................................................

“yaudah kalo emang engga juga gapapa”

“ih nanti duluu”

“ih cepet atuuuh”

................................................................................................................

“iya”

“apa ?”

“iyaaaa”

“kamu mau ?”

“iyaaaa”

           Kaupun naik ke sebuah angkutan umum meninggalkan aku dengan senyum terhias dibibirku. Itulah awal aku memilikimu, awal aku mulai mencintaimu, dan awal aku mulai memberi luka dihatimu. Aku tau sebenarnya kau sudah memiliki dia disana. Akupun sebenarnya memiliki dia yang lain, meski hubungan kami sudah mulai renggang tapi tetap aku masih berstatus miliknya. Namun apa daya hati ini menginginkanmu lebih.

          Hari demi hari mulai kita lewati dengan senyuman, meski mungkin senyummu itu hanya terlukis di wajahmu tidak dihatimu. Namun aku tetap menikmatinya. Beruntungnya kita satu kelas hingga dengan mudah aku bisa memandangmu setiap hari. Semangat memungut pengetahuan pun bergemuruh hanya dengan melihat senyummu. Meski kini Belajar tak jadi menu utama. Namun kini itu hanya sebuah tusuk gigi pembersih sisa-sisa senyummu di pikiranku.

        Minggu demi minggu mulai kita lalui dengan pelukan dan kecupan. Masih teringat dibenakku ketika kau disuruh kedepan mengerjakan soal matematika namun kau tidak bisa. Lalu guru matematika menyuruhmu menunjuk seseorang untuk mengerjakan tugasmu. Sontak tanpa berpikir panjang kau datang menghampiriku. Namun ketika  kau akan meletakkan spidol di atas meja kerjaku. “awas kita putus” ucapku refleks dan kaupun dengan cepat menyimpan spidol di bangku orang lain. Wajahmu terlihat lucu ketika itu, aku sendiri bukannya tidak mau mengerjakan soal itu namun aku juga tidak bisa. Atau waktu lain ketika guru bahasa inggris menyuruh kita menjelaskan apa itu cinta. Tanpa ragu sedikitpun aku mengungkapkan “love is you, siska yunanda. Someone who can make me smile and forget the past. Someday i’ll be your husband. Surely ”. Meski ucapan itu disambut dengan teriakan teman yang lain dan juga ucapan dari guru bahasa inggris yang bilang kalau aku takabur karena mendahului apa yang ditakdirkan alloh. Namun aku tidak peduli, karena aku sadar dan serius akan apa yang kuucapkan waktu itu.   

           Bulan demi bulan mulai kita lewati dengan dosa. Percikan keegoisan pun timbul membakar setiap lembar keindahan. Kau mulai menyembunyikan hubungannya dengan dia disana. Dan aku pun mulai tergoda dia yang lain. Dia adik kelas sekaligus mantan kekasih temanku. Andaikan kau mau jujur dengan statusmu dan tak berusaha menyembunyikannya, aku dengan lapang dada hanya menjadi serpihan kecil di hatimu. Dan aku akan mencintaimu samapi kapanpun seperti saat aku pertama bertemu denganmu.

          Tahun demi tahun mulai kita lewati dengan kerenggangan. Apa daya alloh sepertinya menginginkan luka lebih besar dari keindahan diantara kita. Sejak lulus sma hubungan kita pun merenggang. Aku sudah jarang berkomunikasi denganmu, bahakan dengan sekedar berkirim pesan pun sangat sulit. Aku sibuk mempersiapkan diri ke jenjang yang lebih tinggi. Dan kaupun mulai sibuk dengan melamar kerja disana sini. Hingga akhirnya datang satu waktu ketika tahun baru 2012. Aku datang menemuimu dan memintamu untuk memulai semuanya dari awal. Memulai semua dari awal dengan membuka sebuah lembar baru seperti saat kita pertama bertemu. Namun hubungan itu ternyata sulit dijalani, aku sendiri masih menyeseuaikan diri dengan kegiatanku. Dan kaupun mulai sibuk dengan pekerjaanmu. Sedikit waktu untuk kita berkomunikasi melepas rindu. Bahkan hari bertemu pun sangat terbatas berbeda ketika kita masih sma yang setiap akhir pekan kita bertemu melepas rindu.

          Hubungan yang menggantung itupun akhirnya berakhir hari minggu april. Ketika akhirnya aku tahu kau sudah bertunangan dengan dia sehari sebelumnya. Namun aku pikir sekedara tunangan masih ada kesempatan untuk memilikimu lagi. Toh meskipun sudah tunangan aku masih bisa untuk sekedar sms ataupun menelfon melepas rindu. Namun semua berakhir ketika tunanganmu akhirnya memilih tinggal dirumahmu dan kaupun sudah tidak bisa dihubungi. Aku pikir inilah akhirnya mimpiku untuk bersamamu, libur semester aku habiskan dirumah. Bermain playstasion siang hari. Dan membunuh waktu malam dengan memikirkanmu dan melihat semua yang berhubungan denganmu. Belasan botol bir aku habiskan selama dua minggu liburan. Baru kali ini di 18 tahun hidupku aku tiidak punya cita-cita dan tujuan untuk aku lakukan. Aku pikir hidupku sudah berakhir tanpa kau ada disini. Sempat pula terpikir untuk mengakhiri perjalanan ini dengan racun di genggamanku. Namun akhirnya aku mengurungkan niatku, alloh menyadarkanku bahwa ada sesuatu yang belum terselesaika.

          Namun semuanya ternyata baru benar-benar berakhir ketika awal puasa kemarin. Saat kau hadir untuk menanyakan keadaanku dan akhirnya kaupun mengungkapkan bahwa kau akan menikah seminggu setelah lebaran tahun ini. Jujur saja saat itu aku sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi. Untuk kedua kalinya aku kehilangan cita-cita dan tujuan dan untuk kedua kalinya juga alloh mencoba menguatkanku. Ajang berbuka puasa dengan teman sma pun aku gunakan sebagai alasan untuk menemuinya dan aku gunakan sebagai waktu perpisahan. Kamipun bisa bertemu lagi namun dia benar-benar sudah berbeda. Sepertinya memang sudah tidak ada setitik cinta masa lalu dihatinya. Dan waktu yang seharusnya aku habiskan bersamanya saat itu aku buang sia-sia di sebuah jalanan ANJING SETAN GOBLOG MONYET. Macetnya jalanan itu menghabiskan hampir satu jam waktuku untuk bersamanya. Meski pulangnya kami bersama namun tidak berguna untuk menciptakan sebuah perpisahan yang manis dengan pelukan seperti ketika sma dahulu. Dan akhirnya disinilah aku, menulis belasan rangkaian cerita bersamanya di sebuah layar kecil. Bukan berupa cerpen ataupun novel. Hanya sebuah rangkaian cerita.        

No comments:

Post a Comment