“Jangan tinggalin aku ya....” itulah secarik permintaan yang selalu
menjejali pikiranku. Permintaan yang tak bisa kutepati. Permintaan yang
bahkan kau pun mungkin sudah melupakannya. Namun kini aku menggebu
untuk mewujudkannya.
Senin, 19 oktober 2009 aku mendapatkan jawabanmu. Jawaban yang aku
tunggu selama tiga hari, jawaban yang mengganggu hingga merusak nilai
geografiku. Sore itu sepulang sekolah aku pulang bersamamu, motorku aku
minta temanku yang membawanya dan kuminta untuk menunggu di perempatan
dekat sekolah.
“hei gimana jawabanya ?” tanyaku padanya.
“nanti aja yaa” jawabnya dengan senyum yang selalu hadir sejak pertama menatap wajahmu dan seakan menggodaku untuk menjamahnya.
“sekarang aja iih” pintaku dengan nada memaksa.
“nanti aja yaaa” jawabnya bersikeras.
“sekarang ajaa, aku udah nunggu tiga hari iiih.” Kini aku mulai memelas.
“nanti aja atuuh”
“sekarang ajaa, tinggal jawab iya atau engga. Engga juga gapapa kok”
“iiih nanti dulu”
“ya cepet atuuuh”
“nanti aja yaaa”
“sekarang iiih, kalo emang ga suka yaudah bilang aja engga. Aku gapapa kok”
“iiih ntar dulu”
.................................................................................................................
“jawab atuuuh”
“nanti aja ya di sms”
“sekarang ajaa”
.................................................................................................................
“yaudah kalo emang engga juga gapapa”
“ih nanti duluu”
“ih cepet atuuuh”
................................................................................................................
“iya”
“apa ?”
“iyaaaa”
“kamu mau ?”
“iyaaaa”
Kaupun naik ke sebuah angkutan umum meninggalkan aku dengan senyum
terhias dibibirku. Itulah awal aku memilikimu, awal aku mulai
mencintaimu, dan awal aku mulai memberi luka dihatimu. Aku tau
sebenarnya kau sudah memiliki dia disana. Akupun sebenarnya memiliki dia
yang lain, meski hubungan kami sudah mulai renggang tapi tetap aku
masih berstatus miliknya. Namun apa daya hati ini menginginkanmu lebih.
Hari demi hari mulai kita lewati dengan senyuman, meski mungkin
senyummu itu hanya terlukis di wajahmu tidak dihatimu. Namun aku tetap
menikmatinya. Beruntungnya kita satu kelas hingga dengan mudah aku bisa
memandangmu setiap hari. Semangat memungut pengetahuan pun bergemuruh
hanya dengan melihat senyummu. Meski kini Belajar tak jadi menu utama.
Namun kini itu hanya sebuah tusuk gigi pembersih sisa-sisa senyummu di
pikiranku.
Minggu demi minggu mulai kita lalui
dengan pelukan dan kecupan. Masih teringat dibenakku ketika kau disuruh
kedepan mengerjakan soal matematika namun kau tidak bisa. Lalu guru
matematika menyuruhmu menunjuk seseorang untuk mengerjakan tugasmu.
Sontak tanpa berpikir panjang kau datang menghampiriku. Namun ketika
kau akan meletakkan spidol di atas meja kerjaku. “awas kita putus”
ucapku refleks dan kaupun dengan cepat menyimpan spidol di bangku orang
lain. Wajahmu terlihat lucu ketika itu, aku sendiri bukannya tidak mau
mengerjakan soal itu namun aku juga tidak bisa. Atau waktu lain ketika
guru bahasa inggris menyuruh kita menjelaskan apa itu cinta. Tanpa ragu
sedikitpun aku mengungkapkan “love is you, siska yunanda. Someone who
can make me smile and forget the past. Someday i’ll be your husband.
Surely ”. Meski ucapan itu disambut dengan teriakan teman yang lain dan
juga ucapan dari guru bahasa inggris yang bilang kalau aku takabur
karena mendahului apa yang ditakdirkan alloh. Namun aku tidak peduli,
karena aku sadar dan serius akan apa yang kuucapkan waktu itu.
Bulan demi bulan mulai kita lewati dengan dosa. Percikan keegoisan pun
timbul membakar setiap lembar keindahan. Kau mulai menyembunyikan
hubungannya dengan dia disana. Dan aku pun mulai tergoda dia yang lain.
Dia adik kelas sekaligus mantan kekasih temanku. Andaikan kau mau jujur
dengan statusmu dan tak berusaha menyembunyikannya, aku dengan lapang
dada hanya menjadi serpihan kecil di hatimu. Dan aku akan mencintaimu
samapi kapanpun seperti saat aku pertama bertemu denganmu.
Tahun demi tahun mulai kita lewati dengan kerenggangan. Apa daya alloh
sepertinya menginginkan luka lebih besar dari keindahan diantara kita.
Sejak lulus sma hubungan kita pun merenggang. Aku sudah jarang
berkomunikasi denganmu, bahakan dengan sekedar berkirim pesan pun sangat
sulit. Aku sibuk mempersiapkan diri ke jenjang yang lebih tinggi. Dan
kaupun mulai sibuk dengan melamar kerja disana sini. Hingga akhirnya
datang satu waktu ketika tahun baru 2012. Aku datang menemuimu dan
memintamu untuk memulai semuanya dari awal. Memulai semua dari awal
dengan membuka sebuah lembar baru seperti saat kita pertama bertemu.
Namun hubungan itu ternyata sulit dijalani, aku sendiri masih
menyeseuaikan diri dengan kegiatanku. Dan kaupun mulai sibuk dengan
pekerjaanmu. Sedikit waktu untuk kita berkomunikasi melepas rindu.
Bahkan hari bertemu pun sangat terbatas berbeda ketika kita masih sma
yang setiap akhir pekan kita bertemu melepas rindu.
Hubungan yang menggantung itupun akhirnya berakhir hari minggu april.
Ketika akhirnya aku tahu kau sudah bertunangan dengan dia sehari
sebelumnya. Namun aku pikir sekedara tunangan masih ada kesempatan untuk
memilikimu lagi. Toh meskipun sudah tunangan aku masih bisa untuk
sekedar sms ataupun menelfon melepas rindu. Namun semua berakhir ketika
tunanganmu akhirnya memilih tinggal dirumahmu dan kaupun sudah tidak
bisa dihubungi. Aku pikir inilah akhirnya mimpiku untuk bersamamu, libur
semester aku habiskan dirumah. Bermain playstasion siang hari. Dan
membunuh waktu malam dengan memikirkanmu dan melihat semua yang
berhubungan denganmu. Belasan botol bir aku habiskan selama dua minggu
liburan. Baru kali ini di 18 tahun hidupku aku tiidak punya cita-cita
dan tujuan untuk aku lakukan. Aku pikir hidupku sudah berakhir tanpa kau
ada disini. Sempat pula terpikir untuk mengakhiri perjalanan ini dengan
racun di genggamanku. Namun akhirnya aku mengurungkan niatku, alloh
menyadarkanku bahwa ada sesuatu yang belum terselesaika.
Namun semuanya ternyata baru benar-benar berakhir ketika awal puasa
kemarin. Saat kau hadir untuk menanyakan keadaanku dan akhirnya kaupun
mengungkapkan bahwa kau akan menikah seminggu setelah lebaran tahun ini.
Jujur saja saat itu aku sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi. Untuk
kedua kalinya aku kehilangan cita-cita dan tujuan dan untuk kedua
kalinya juga alloh mencoba menguatkanku. Ajang berbuka puasa dengan
teman sma pun aku gunakan sebagai alasan untuk menemuinya dan aku
gunakan sebagai waktu perpisahan. Kamipun bisa bertemu lagi namun dia
benar-benar sudah berbeda. Sepertinya memang sudah tidak ada setitik
cinta masa lalu dihatinya. Dan waktu yang seharusnya aku habiskan
bersamanya saat itu aku buang sia-sia di sebuah jalanan ANJING SETAN
GOBLOG MONYET. Macetnya jalanan itu menghabiskan hampir satu jam waktuku
untuk bersamanya. Meski pulangnya kami bersama namun tidak berguna
untuk menciptakan sebuah perpisahan yang manis dengan pelukan seperti
ketika sma dahulu. Dan akhirnya disinilah aku, menulis belasan rangkaian
cerita bersamanya di sebuah layar kecil. Bukan berupa cerpen ataupun
novel. Hanya sebuah rangkaian cerita.
No comments:
Post a Comment